Pengaruh Budaya Makan Nasi Berkuahkan Air Teh Manis dengan Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan
-->
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia hidup
dengan dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yang disebut kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan. Jika difokuskan
pada sektor pangan, maka tidak dapat dipungkiri bahwa beras putih merupakan
pangan pokok yang memegang peranan yang sangat penting bagi penduduk Indonesia.
Hampir sembilan puluh persen penduduk Indonesia mengonsumsi beras putih sebagai
makanan pokok (Nurmala 2003). Tanpa disadari banyak orang, kebiasaan konsumsi
beras putih yang terus menerus ternyata dapat mendatangkan dampak yang kurang
begitu baik bagi kesehatan. Hasil penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan
oleh Health Professional Follow-up Study and the Nurses’ Health Study (NHS)
yang dilaporkan pada Archives of Internal Medicine menunjukkan bahwa
asupan beras putih dalam jumlah besar berkaitan dengan meningkatnya risiko
diabetes (Ari 2011). Hal ini disebabkan perkembangan diabetes terkait dengan
konsumsi makanan yang memiliki nilai Indeks Glikemik tinggi. Indeks Glikemik
(IG) merupakan skala angka yang dapat digunakan digunakan untuk menunjukkan
seberapa cepat dan seberapa tinggi suatu makanan dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Nasi yang terbuat dari beras putih memiliki nilai IG sebesar 70
hingga 87 yang tergolong tinggi (Subroto 2008).
Segelas teh manis
kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori
wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas).
Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali
makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan
kalori. Hal tersebut akan menimbulkan obesitas dan diabetes. Menurut Litsa
Lambrakos, MD, ketua studi penelitian di University of California-San
Francisco, dari beberapa data penelitian ditemukan hubungan antara konsumsi
minuman manis sehari-hari dengan resiko diabetes, kemudian data tersebut
dapat diterjemahkan ke dalam perkiraan tentang penyakit diabetes dan
kardiovaskular saat ini yang dapat dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi
minuman.
Berdasarkan
catatan Organisasi Dunia (WHO) tahun 1999, Indonesia menduduki peringkat ke-6
dengan jumlah penderita DM terbanyak setelah India, Cina, Rusia, Jepang,
Brasil. Data WHO juga menyebutkan, angka kejadian diabetes di Indonesia
mendekati 4,6 % (Soegondo, 2005 ). Dibandingkan dengan orang yang tidak
terkena diabetes, penderita diabetes memiliki resiko 4 kali terserang jantung
koroner, 5 kali terserang stroke, 7 kali terserang ginjal dan 25 kali kebutaan
(Soegondo, 2005). Menurut (Suyono, 2002) komplikasi yang dapat timbul pada
pasien DM, antara lain : kerusakan sel saraf (68, 16 % ), hipertrigliserida,
hipertensi (39,94 %), kerusakan ginjal ( 31, 56 % ), penyakit jantung koroner (
29,65% ) dan kerusakan retina mata(27,10%).
Perubahan pola kehidupan dapat menimbulkan penyakit-penyakit degeneratif
antara lain penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus, Rematik dan
Katarak, dimana Diabetes Mellitus sendiri merupakan masalah nasional tercantum
dalam urutan nomor 4 dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif (prioritas pertama adalah penyakit Kardiovaskuler, kemudian disusul
oleh penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus, Rematik, dan Katarak)
( Tjokroprawiro, 1999).
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia
merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun
2006 jumlah penerita DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah
tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya
melakukan pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat,
seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas dan stres berperan sangat
besar 15 sebagai pemicu DM. Selain itu DM juga bisa muncul karena adanya faktor
keturunan ( Sidhartawan, 2008). Bila penderita DM tidak patuh dalam
melaksanakan program pengobatan yang telah dianjurkan oleh dokter, ahli gizi
atau petugas kesehatan lainnya maka akan dapat memperburuk kondisi penyakitnya.
Pengobatan yang perlu dilaksanakan oleh pasien seperti melaksanakan diet
sebagai kunci pengobatan, olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh selain
penggunaan obat diabetes oral maupun insulin (Darmani, 2007).
Berdasarkan data yang didapat di bagian rekam medik RSUD DR H Moch
Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2008, terdapat 189 orang penderita diabetes
mellitus yang menjalani rawat inap atau sebesar 1,2%, dan termasuk dalam 10 besar
penyakit terbanyak. Hasil ini memberikan gambaran bahwa penyakit diabetes
mellitus masih perlu mendapat prioritas pelayanan kesehatan akibat dari perilaku
masyarakat terutama masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi makanan.(Rusimah,
2012)
Di Provinsi Kalimantan Selatan, pasien penderita DM rawat jalan
di seluruh rumah sakit, umur lebih dari 65 tahun di Banjarmasin menduduki
urutan ke-7 dari 20 penyakit terbanyak dengan jumlah penderita 123 orang
(6,45%), sedangkan untuk pasien rawat inap jumlah pasien yang berusia lebih
dari 65 tahun menduduki urutan ke-6 dengan jumlah penderitanya 200 orang (4,46%)
(Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2008).
Sebagian besar masyarakat Indonesia telah memahami tentang
diabetes Mellitus dan hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit ini, serta
akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang biasa dikenal dengan
nama kencing manis ini. Namun, dari data-data penelitian dan hasil survei rapa
ahli tingkat, penderita diabetes mellitus di Indonesia masih sangat tinggi.
Salah satu provinsi yang memilki tingkat penderita diabetes mellitus di
Indonesia adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Salah satu hal yang mungkin bisa
menjadi penyebab tingginya angka penderita adalah budaya masyarakat sekitar
yang suka makan nasi putih yang berkuahkan dengan teh manis. Berbagai fenomena
yang yang cukup memperihatinkan dan budaya-budaya yang kurang sehat tersebut
menjadi latar belakang penulisan makalah ini, dari penelitian ini kami berharap
dapat menjelaskan hubungan antara budaya makan nasi putih yang berkuahkan air
teh manis di Provinsi Kalimantan Selatan dengan tingginya angka penderita
diabetes millitus di darah tersebut.
1.2
Rumusan
masalah
Setelah memperhatiakan latar belakang yang tercantum di atas, maka
rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut.
1. Apa
yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2. Apa
saja klasifikasi dari diabetes mellitus?
3. Bagaimana
ciri-ciri penderita diabetes mellitus?
4. Apa
faktor-faktor yang menjadi penyebab diabetes mellitus?
5. Bagaimana
dampak dari diabetes mellitus bagi kesehatan?
6. Bagaimana
kandungan gula dalam nasi putih?
7. Bagaimana
kandungan gula dalam air teh atau minuman manis?
8. Bagaimana
hubungan antara budaya makan nasi putih dengan berkuahkan air teh manis di
Provinsi Kalimantan Selatan terhadap tingginya angka penderita diabetes
mellitus di daerah tersebut?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui
hubungan antara budaya makan nasi dengan berkuahkan air teh manis di Provinsi
Kalimantan selatan dengan tingginya angka penderita diabetes mellitus.
1.3.2
Tujuan Khusus
·
Mengetahui pengertian penyakit diabetes mellitus
·
Mengetahui klasifikasi penyakit diabetes mellitus
·
Mengetahui identifikasi ciri-ciri penderita diabetes mellitus
·
Mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit diabetes mellitus
·
Mengetahui dampak penderita diabetes mellitus
·
Mengetahui kandungan gula dalam nasi putih
·
Mengetahui kandungan gual dalam air teh manis
·
Mengetahui hubungan antara tingginya angka penderita diabetes mellitus
dengan budaya makan nasi putih dengan berkuahkan air teh.
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi penulis
·
Menambah pengetahuan penulis tentang pengaruh budaya suatu daerah dan
dampak yang disebabkannya
·
Menambah pengalaman penulis dalam menulis sebuah makalah
·
Sebagai acuan dalam penulisan makalah selanjutnya
1.4.2
Bagi Departemen
kesehatan
·
Memberikan rekomendasi untuk mengadakan penanggulangan terhadap
budaya-budaya yang berdampak negatif terhadap kesehatan
1.4.3
Bagi masyarakat umum
·
Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit diabetes mellitus, faktor- faktor penyebab, ciri-ciri penderita,
dan dampak bagi kesehatan.
·
Menambah kesadaran masyarakat agar lebih memperhatikan adat dan budaya
yang ada di sekitar mereka, serta beberapa dampak yang ditimbulkannya
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan
Pustaka
2.1.1
Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan salah satu penyakit tertua pada
manusia dan dikenal dengan kencing manis. Nama lengkapnya adalah diabetes
mellitus, berasal dari kata yunani. Diabetes berarti pancuran, mellitus
berarti madu atau gula.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif dan berlangsung menahun,
bahkan seumur hidup. Hal ini yang menjadikan masyarakat pada umumnya melihat DM
sebagai suatu penyakit yang sangat menakutkan dimana penderita akan menyandang
gelar sebagai penderita selama hidupnya ( Almatsier, 2005 ).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit dengan gejala peningkatan
kadar gula darah akibat gangguan insulin. Insulin adalah hormon untuk menjaga keseimbangan
glukosa dalam darah. Glukosa tersebut digunakan untuk memenuhi energi bagi sel.
Pada Diabetes Mellitus tingkat awal, tubuh berhenti untuk memproduksi insulin.
Adapun pada Diabetes Mellitus tipe II, insulin tetap diproduksi, tetapi
jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh atau reaksi insulin terhalang
(Purwati dkk, 2001).
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan peningkatan kadar gula
darah secara menahun disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
harmonal yang menimbulkan berbagai komplikasi menahun pada berbagai organ
target (Depkes RI, 2007)
2.1.2 Data Penderita Diabetes Mellitus
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sedikitnya 171.000.000 penduduk dunia saat ini
menderita penyakit Diabetes Mellitus. Khususnya di negara berkembang, jumlah
penderita DM meningkat 150 % pada 25 tahun yang akan datang. Dinegara
berkembang usia penderita DM berkisar antara 35 - 64 tahun.
International
Diabetes Federation ( IDF ) menyatakan bahwa pada tahun 2005
di dunia terdapat 200 juta (5,1%)
penderita diabetes mellitus dan diduga 20 tahun setelahnya yaitu tahun
2025 penderita akan meningkat menjadi
333 juta penderita (6,3).(Farah Fitrania, 2008)
International
Diabetes Federation ( IDF ) mendata untuk kawasan Asia Timur
Selatan ada 49 juta penderita DM, dengan perincian, total populasi 1,2 miliar
jiwa, populasi dewasa (20 - 79 tahun ) 658 juta, jumlah penderita DM 49 juta,
perkiraan insidensi DM 7,5 % (Pauline, 2004).
Jumlah penderita
DM di Indonesia diperkirakan akan meningkat, peningkatan populasi dari akibat
jenis makanan yang dikonsumi, berkurangnya kegiatan jasmani (Pusat Diabetes dan
Lipid FKUI/ RSCM, 2005).
Berdasarkan
catatan Organisasi Dunia (WHO) tahun 1999, Indonesia menduduki peringkat ke - 6
dengan jumlah penderita DM terbanyak setelah India, Cina, Rusia, Jepang,
Brasil. Data WHO juga menyebutkan, angka kejadian diabetes di Indonesia
mendekati 4,6 % (Soegondo, 2005 ).
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia
merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun
2006 jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah
tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya
melakukan pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat,
seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas dan stres berperan sangat
besar 15 sebagai pemicu DM. Selain itu DM juga bisa muncul karena adanya faktor
keturunan ( Sidhartawan, 2008).
Berdasarkan data yang didapat di bagian rekam medik RSUD DR H
Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2008, terdapat 189 orang penderita
diabetes mellitus yang menjalani rawat inap atau sebesar 1,2%, dan termasuk
dalam 10 besar penyakit terbanyak. Hasil ini memberikan gambaran bahwa penyakit
diabetes mellitus masih perlu mendapat prioritas pelayanan kesehatan akibat
dari perilaku masyarakat terutama masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi
makanan.(Rusimah, 2012)
Di Provinsi Kalimantan
Selatan, pasien penderita DM rawat jalan di seluruh rumah sakit, umur lebih
dari 65 tahun di Banjarmasin menduduki urutan ke-7 dari 20 penyakit terbanyak
dengan jumlah penderita 123 orang (6,45%), sedangkan untuk pasien rawat inap
jumlah pasien yang berusia lebih dari 65 tahun menduduki urutan ke-6 dengan
jumlah penderitanya 200 orang (4,46%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, 2008).
2.1.3 Ciri-Ciri Penderita Diabetes
Melitus
Ciri-ciri penderita diabetes melitus sebagai
berikut.
1. Sering
buang air kecil
2. Sering
merasa haus
3. Berat
badan turun cepat
4. Merasa
lemah dan gampang kelelahan
5.
Sering kesemutan di kaki dan
tangan
6.
Gejala lain seperti penglihatan kabur, kulit kering atau gatal, sering infeksi atau luka
dan memar yang membutuhkan penyembuhan dalam waktu lama. (diabeteslabrary,2012)
2.1.4
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Berdasarkan tipenya, diabetes mellitus
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1.
Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 sangat dipengaruhi oleh banyak dan
sedikitnya insulin, penyakit ini biasanya disebabkan oleh kurangnya insulin
karena kerusakan sel-Beta atau infeksi virus, penyebab lainnya dipengaruhi oleh
kerusakan imun yang menyerang diri sendiri (autoimun). Penderita penyakit ini
biasanya berbadan kurus, dan satu dari sepuluh penderita diabetes mellitus yang
berusia di bawah 30 tahun adalah penderita diabetes tipe ini.
2.
Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan
oleh kurangnya insulin yang dihasilkan atau hasil kurang optimal. Penderita
diabetes tipe ini biasanya orang berusia lebih dari 40 tahun, dan biasanya
penderita tidak menyadari bahwa penyakit ini berkembang dan menghancurkan tubuh
mereka. Penderita diabetes tipe ini biasanya berbadan gemuk atau obesitas,
sebagian ahli beranggapan bahwa salah satu penyebab penyakit ini adalah obesitas
yang menggganggu sistem kerja insulin.
3.
Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus gestasional terjadi pada waktu hamil dengan
insiden sekitar 1-3 persen dari wanita hamil. Risiko tinggi diabetes tipe ini
terjadi pada wanita yang hamil pada usia lebih dari 30 tahun, wanita yang
obesitas dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2, dan riwayat diabetes
mellitus dalam keluarga. Yang perlu diwaspadai, wanita dengan diabetes mellitus
gestasional hampir tidak pernah mengalami keluhan, sehingga perlu dilakukan
skrining untuk mereka yang berisiko. Diabetes mellitus gestasional dapat
mempengaruhi perkembangan janin dan dapat berdampak buruk bagi janin misalnya
cacat sejak lahir, pertumbuhan janin terlalu cepat, perkembangan paru
terhambat, kegemukan bayi dan kemungkinan menderita diabetes di kemudian hari
(Laboratorium Klinik Prodia, 2008).
2.1.5 Pengaruh Nasi Putih terhadap
Diabetes Mellitus
Hasil penelitian
di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Health Professional Follow-up Study
and the Nurses’ Health Study (NHS) yang dilaporkan pada Archives of
Internal Medicine menunjukkan bahwa asupan beras putih dalam jumlah besar
berkaitan dengan meningkatnya risiko diabetes (Ari 2011). Hal ini disebabkan perkembangan
diabetes terkait dengan konsumsi makanan yang memiliki nilai Indeks Glikemik
tinggi.
Indeks Glikemik
(IG) merupakan skala angka yang dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa cepat dan
seberapa tinggi suatu makanan dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Nasi yang
terbuat dari beras putih memiliki nilai IG sebesar 70 hingga 87 yang tergolong
tinggi (Subroto 2008).
Beras mempunyai kisaran indeks
glikemik yang luas. Indeks glikemik adalah tingkatan bahan pangan menurut
pengaruhnya terhadap gula darah. Nilai indeks glikemik bahan pangan
dikelompokkan menjadi rendah (<55), sedang (55-70), dan tinggi (>70).
Jika penderita diabetes mengonsumsi bahan pangan yang memiliki indeks glikemik
tinggi maka kadar gula darahnya cepat meningkat, dan sebaliknya.
Tabel 1. Nilai indeks glikemik beras beberapa varietas padi.
Varietas
|
Kadar amilosa (%)
|
Indeks glikemik
|
Keterangan
|
Cisokan
|
2 6 , 7
|
3 4
|
Rendah
|
Margasari
|
2 5 , 0
|
3 9
|
Rendah
|
IR36
|
2 7 , 3
|
4 5
|
Rendah
|
Logawa
|
2 5 , 5
|
4 9
|
Rendah
|
Martapura
|
2 6 , 4
|
5 0
|
Rendah
|
Air Tenggulang
|
2 8 , 6
|
5 0
|
Rendah
|
Batang Lembang
|
2 5 , 6
|
5 4
|
Rendah
|
Ciherang
|
2 2 , 9
|
5 4
|
Rendah
|
Aek Sibundong (beras merah)
|
2 2 , 0
|
5 6
|
Sedang
|
IR42
|
2 6 , 3
|
5 8
|
Sedang
|
Beras Taj Mahal
|
2 8 , 0
|
6 0
|
Sedang
|
Cigeulis
|
2 1 , 1
|
6 4
|
Sedang
|
IR64
|
2 4 , 0
|
7 0
|
Sedang
|
Batang Piaman
|
2 9 , 4
|
7 1
|
Tinggi
|
Setail (ketan hitam)
|
7 , 7
|
7 4
|
Tinggi
|
Ketonggo (ketan putih)
|
7 , 5
|
7 9
|
Tinggi
|
Ciliwung
|
2 6 , 2
|
8 6
|
Tinggi
|
Mekongga
|
2 3 , 1
|
8 8
|
Tinggi
|
Sintanur
|
1 5 , 4
|
9 1
|
Tinggi
|
Celebes
|
1 9 , 8
|
9 5
|
Tinggi
|
Gilirang
|
1 6 , 6
|
9 7
|
Tinggi
|
Bengawan Solo
|
1 7 , 2
|
1 0 6
|
Tinggi
|
Ciasem
(ketan putih)
|
7 , 3
|
1 3 0
|
Tinggi
|
Sumber: DepTan, 2009
2.1.6 Pengaruh Air Teh Manis terhadap
Diabetes Mellitus
Segelas
teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan
kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung
aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum
ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari
kita kelebihan kalori. Hal tersebut akan menimbulkan obesitas dan diabetes. Menurut
Litsa Lambrakos, MD, ketua studi penelitian di University of California-San
Francisco, dari beberapa data penelitian ditemukan hubungan antara konsumsi
minuman manis sehari-hari dengan resiko diabetes, kemudian data tersebut
dapat diterjemahkan ke dalam perkiraan tentang penyakit diabetes dan
kardiovaskular saat ini yang dapat dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi minuman.
2.2
Pembahasan
Diabetes
Mellitus atau yang biasa dikenal dengan “kencing manis” merupakan penyakit yang
terjadi jika kadar gula dalam darah meningkat. Hal ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada insulin yang
merupakan penjaga keseimbangan glukosa dalam darah, glukosa sendiri berfungsi
sebagai sumber energi bagi sel. Namun, apabila kadar glokusa dalam darah ini
melebihi batas normal, maka akan timbul penyakit diabetes mellitus yang juga
akan menjadi penyebab stroke, bahkan mampu menyebabkan penyakit jantung koroner
yang merupakan pembunuh pertama di dunia.
Diabetes
mellitus yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat Indonesia dewasa ini
memiliki beberapa tipe, yaitu:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe
ini timbul karena kurangnya insulin disebabkan oleh rusaknya sel-Beta atau
infeksi karena virus, diabetes ini juga bisa disebabkan oleh gangguan sistem
imun (autoimun). Penderita diabetes ini biasanya berbadan kurus.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe
2 adalah penyakit yang timbul karena isulin yang dihasilkan kurang optimal atau
tidak mencukupi kebutuhan. Penderita diabetes tipe ini biasanya berbadan gemuk
dan tidak menyadari akan kerusakan di dalam tubuhnya, dan biasanya penderita
berumur di atas 40 tahun.
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes
gestasional muncul pada ibu hamil, satu sampai tiga persen wanita hamil
menderita penyakit ini. Diabetes tipe ini biasanya dialami oleh wanita yang
hamil diatas umur 30 tahun, dan memeiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari
30 kg/m2 (obesitas) dan juga biasanya menyerang wanita hamil yang
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus di dalam keluarganya. Penyakit ini
perlu diperhatikan, karena sang ibu biasanya tak menyadari akan adanya penyakit
ini dan perlua adanya skrining untuk mengetahuinya. Diabetes tipe ini sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kecacatan pada bayi sejak lahir,
pertumbuahan janin yang terlalu cepat, terhambatnya pertumbuhan paru, kegemukan
pada bayi dan resiko menderita diabetes mellitus di masa mendatang.
Ada beberapa
sebab timbulnya penyakit diabetes mellitus ini diantaranya adalah keturunan,
kegemukan (obesitas), tekanan darah tinggi (hipertensi), rokok dan stress, dan
pola hidup tidak sehat lainnya.
Rakyat
Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam dan dengan penduduk terbanyak
keempat di dunia, memiliki tingkat penderita diabetes terbayak keempat di dunia
menurut data World Health Organization
(WHO). Salah satu penyebab berkembangnya penyakit ini dalah budaya rakyat
Indonesia yang selalu makan dengan nasi yang terbuat dari beras putih, bahkan
mereka menganggap bahwa jika makan tanpa nasi putih tidak bisa disebut dengan makan.
Padahal nasi yang terbuat dari beras putih yang merupakan makanan pokok
masyarakat Indonesia ini memiliki Indeks Glikemik (IG) yang tinggi. Indeks
Glikemik (IG) adalah skala yang
menunjukkan seberapa cepat dan tingginya makanan meningkatkan kadar gula dalam
darah, Indeks Glikemik (IG) yang normal berkisar antara 55-70. Namun, IG yang
dimiliki oleh beras putih adalah sebesar 70 hingga 87, dan ini merupakan IG yang tergolong tinggi.
Kalimantan Selatan
adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat penderita
diabetes mellitus yag tinggi. Bahkan diabetes mellitus menjadi penyakit
terbanyak ke-7 yang dialami oleh masyarakat tersebut. Banyak faktor yang
menyebabkan fonemena tersebut salah satunya adalah budaya masyarakat sekitar
yang terbiasa makan nasi yang terbuat dari beras putih yang memiliki Indeks
Glikemik (IG) yang tinggi. Hal yang lebih memprihatinkan adalah budaya makan nasi
ini disertai dengan air teh manis yang menjadi kuahnya.
Masyarakat
sekitar menganggap bahwa yang dinamakan makan adalah menyantap nasi putih.
Apabila menu pokok makanannya bukan nasi putih maka hal tersebut tidak bisa
dikatakan sebagai makan. Hal lain dari masyarakat Provinsi Kalimantan yang
patut menjadi perhatian adalah budaya makan nasi dengan berkuahkan air teh
manis. Hal tersebut tentu sangat menyimpang dan berakibat buruk terhadap
kesehatan. Salah satu akibat buruk dari prilaku yang menyimpang ini adalah
tingginya angka penderita penyakit diabetes mellitus di kalangan masyarakat
sekitar.
Air teh manis
yang biasa dijadikan masyarakat Provinsi kalimantan Selatan sebagai kuah ketika
makan makan memiliki 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Dari teh teh saja
tubuh kita dapat sudah mampu
menghasilkan 1.000-1.200 kalori, sedangkan kalori yang dibutuhkan oleh
seorang wanita dewasa rata-rata 1.900 kalori per hari (tergantung kepakatan). Dari
data tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang makan nasi dengan
air teh manis tiga kali sehari akan mengalami kelebihan kalori, kelebihan kalori
ini akan menyebabkan penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Dari
pengertian, ciri-ciri, faktor penyebab, dan dampak dari diabetes mellitus,
serta data-data dan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penyebab
tingginya angka penderita diabetas mellitus di Indonesia umumnya, dan di
Provinsi kalimantan selatan khususnya, disebabkan oleh budaya makan nasi yang
terbuat dari beras putih dan disertai dengan meminum atau bahkan menjadikan air
teh manis sebagai kuahnya.
BAB II
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari data-data dan penjelasan
yang telah kita peroleh, kita dapat menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama
tingginya angka penderita diabetes mellitus di Indonesia umumnya, dan di
Provinsi Kalimantan Selatan khususnya adalah budaya makan nasi yang terbuat
dari beras putih dengan air teh manis yang menyimpang dan berdampak buruk terhadap keshatan. Hal ini
tersebut karena beras putih memiliki Indeks Glikemik (IG) yang tinggi dan dapat
dengan cepat menaikkan kadar gula dalam darah. Adapun air teh manis memiliki
nilai kalori yang tinggi, apabila kalori tersebut melebihi ambang normal, maka
akan menimbulkan penyakit kardiovaskular dan diabetes. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa budaya makan nasi yang terbuat dari beras putih dengan
berkuahkan air teh manis adalah budaya yang berdampak buruk bagi kesehatan dan
merupakan penyebab utama dari tingginya
angka penderita diabetes mellitus di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya, dan
di Indonesia umumnya.
3.2
SARAN
1.
Diharapakan adanya tindakan dari Departemen Kesehatan setempat untuk
memberikan dan menanggulangi budaya-budaya masyarakat yang menyimpang dan
berpengaruh buruk bagi kesehatan.
2.
Diharapkan adanya kesadaran masyarakat untuk selalu belajar dan
berhati-hati dalam menerapkan budaya-budaya yang berdampak negatif bagi
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3.
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang bagaimana menaggulangi
budaya-budaya masyarakat indonesia yang kurang baik bagi kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan.2008.Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Diabetes Melitus.Jakarta:___________
Septian Adi Nugroho.2010. Hubungan Antara Tingkat Stress Terhadap Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo.
http://etd.eprints.ums.ac.id. 17/09/2012
Rusimah. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet
pada Penderita Diabetes Mellitus (Diabetisi) Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.H.Moch
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2010. http://blog.tp.ac.id. 18/09/2012
IPB._______.Pengaruh Nasi Putih terhadap Obesitas. http://repository.ipb.ac.id. 17/09/2012
Farah fitrania.2008.Gambaran Epidemiologi Hiperglikemia. http://www.lontar.ui.ac.id. 17/09/2012
Departeman Pertanian. 2009. Beras untuk Penderita Diabetes.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id. 17/09/2011
Universitas Sumatera Utara.____________.Faktor Penyebab Diabetes. http://repository.usu.ac.id. 17/08/2012
Universitas pembangunan nasional veteran._________.Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia.
http://www.library.upnvj.ac.id. 17/09/2012
Tidak ada komentar: