Profesionalisme Dokter
MAKALAH PROFESIONALISME
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Modul Etika, Bioetik, dan Profesionalisme
Kelompok 10
M. Ilyas Saputera
Abqariyatuzzahra Munasib
Annisafitria
Eka Rahma
Muhammad Reza Syahli
Noor Shabrina
Rivki Wida Sarandi
Irwana Arif
Ahmad Sofyan
Khairunnisa Dewi Adawiyah
Program
Studi Pendidikan Dokter
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2012
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah
Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang
tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat iman dan akal yang menjadikan
manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah
kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa
menyimpang dari perintah-Nya.
Salawat serta salam bagi makhluk mulia junjungan
kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan ilmu dari Allah kepada
umat-umatnya. Ilmu tersebut tidak akan habis sekalipun air laut dijadikan tinta
untuk menuliskan ilmunya itu. Dan manusia hanya diberi sedikit sekali.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah yang
menerangkan tentang profesionalismeantara dokter dan pasien. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita. ”Tiada gading yang tak
retak” demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu, segala kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Terima Kasih.
Ciputat,
17 Oktober 2012
Kelompok 10
Daftar Isi
Kata
Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar
Isi................................................................................................................................ ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Profesionalisme.............................................................................. 3
2.2 Dimensi Profesionalisme................................................................................... 4
2.3 Ciri-Ciri Profesionalisme................................................................................... 5
2.4 Dasar-Dasar Profesionalisme............................................................................ 6
2.5 Profesionalisme Dokter dalam Klinik................................................................ 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat............................................................................................ 8
3.2
Sampel / Populasi.............................................................................................. 8
2.3
Mekanisme Pelaksanaan .................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 16
5.2 Saran.................................................................................................................. 16
DaftarPustaka........................................................................................................................ iii
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dokter merupakan
profesi yang masih dianggap sebagai profesi yang terhormat dan mulia,
masyarakat menganggap bahwa seorang dokter adalah orang yang paripurna, yang
mampu menyelesaikan segala hal dan
segala masalah yang diderita pasien, masyarakat juga menggap bahwa
dokter adalah profesi yang sangat menguntungkan, dan mampu memperoleh banyak
uang dalam waktu yang singkat. Bahkan, sebagian orang menganggap bahwa seorang
dokter setara dengan dewa atau malaikat. Berdasarkan fakta-fakta tersebut,
sebagian besar orang tua berbondong-bondong untuk memasukkan buah hati mereka
ke fakultas-fakultas kedokteran di universitas ternama, dan rela mengeluarkan
uang ratusan juta rupiah, hanya untuk menjadikan anaknya sebagai seorang
dokter.
Berdasarkan kenyataan
yang muncul, tidak semua dokter bersikap altruisme, yang hanya mementingkan
pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan, tanpa memikirkan imbalan dan
tanda jasa dari pertolongan tersebut. Diantara para dokter yang dianggap
terhormat tersebut, juga terdapat dokter-dokter yang materialistis, yang
menitikberatkan kepada imbalan dari pertolongan yang ia berikan, sehingga
muncul perbedaan perlakuan terhadap pasien yang kaya dan pasien yang miskin. Dan juga sebagian
dokter rela melakukan segala cara agar memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya,
tanpa memeperhatikan nilai halal dan haram, serta benar dan salah menurut agama
dan hukum kedokteran yang berlaku dan yang telah ditetapkan.
Melihat kasus-kasus
tesebut, perlu adanya kajian tentang profesionalisme yang harus dimiliki oleh
seorang dokter agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sikap profesionalisme
seorang dokter secara toeritis, dan sikap profesionalisme dokter berdasarkan
pendapat dan harapan masyarakat. Dua
pandangan tentang profesionalisme ini akan dibandingkan dan diambil kesimpulan
tentang sikap profesional yang tepat dan mampu menjawab tantangan yang dihadapi
seorang dokter dalam menghadapi problematika yang muncul pada diri pasien dan
keluarganya, sehingga dengan sikap profesional yang dimiliki oleh dokter dan
dipraktikkan dalam menangani keluhan pasien akan terwujud kepuasan di kedua
belah pihak.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apa
definisi dari profesionalisme?
·
Apa
dasar dari profesionalisme dalam klinik?
·
Bagaimana
sikap profesionalisme dalam klinik?
·
Bagaimana
penilaian masyarakat tentang profesionalisme seorang dokter?
·
Apa
yang menjadi prioritas utama yang sangat diharapkan oleh masyarakat mengenai
profesionalisme seorang dokter?
·
Bagaimana
kriteria dokter yang profesional menurut masyarakat?
1.3 Tujuan penulisan
·
Mengetahui
definisi dari profesionalisme
·
Mengetahui
dasar dari profesionalisme dokter dalam klinik
·
Mengetahui
sikap profesionalisme dokter dalam klinik
·
Mengetahui
penilaian masyarakat tentang profesionalisme seorang dokter
·
Mengetahui
prioritas utama yang sangat diharapkan oleh masyarakat mengenai profesionalisme
seorang dokter
·
Mengetahui
kreteria dokter yang profesional menurut masyarakat
1.4 Manfaat penulisan
·
Menambah
pengetahuan penulis tentang sikap profesionalisme seorang dokter
·
Penulis
dapat mengamalkan sikap profesionalisme dalam kehidupan sehari-hari dalam
berprofesi sebagai dokter
·
Menambah
pengetahuan pembaca tentang sikap profesionalisme seorang dokter Menambah
pengalaman penulis dalam melakukan penelitian
·
Melatih
penulis untuk mebuat laporan dari sebuah penelitian
·
Sebagai
acuan bagi penulis dalam penulisan makalh selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Profesionalisme
Kusnandar
(2007 : 46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai,
tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian sesseorang”.
Sementara
itu Danim (2002 : 23) mendefinisikan bahwa, profesionalisme adalah komitmen
para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya itu Kemudian Freidson (1970) dalam Syaiful
Sagala (2002 : 199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme
adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan karir”.
Sedangkan
Poerwopoespito & Utomo (2000 : 266), mengatakan bahwa profesionalisme
berarti faham yang menempatkan profesi sebagai titik perhatian utama dalam
hidup seseorang. Orang yang menganut faham profesionalisme selalu menunjukkan
sikap profesional dalam bekerja dan dalam keseharian hidupnya.
Profesionalisme
merupakan sikap dari seorang profesional, dan profesional berarti melakukan
sesuatu sebagai pekerjaan pokok yang disebut profesi, artinya pekerjaan
tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi
diartikan sebagai pekerjaan dan isme sebagai pandangan hidup, maka profesional
dapat diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap
dan bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin,
jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya. Jadi
pada dasarnya profesionalisme berkenaan dengan sikap peduli baik terhadap klien
atau pun terhadap profesinya, Seperti yang diungkapkan oleh David H. Maister
bahwa profesionalisme adalah terutama masalah sikap, bukan seperangkat
kompetensi. Seorang professional sejati adalah seorang teknisi yang peduli
(Maister, 1998 : 23).
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah
sikap yang harus dimiliki oleh seseorang yang menekuni profesi tertentu. Dan
profesionalisme semestinya bukan hanya dimiliki oleh seorang menejer, tetapi
harus dimiliki oleh setiap orang di profesi tertentu, di posisi mana pun ia
bekerja. Profesionalisme dapat diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
yang dimiliki seseorang sesuai dengan profesi dan posisinya.Oleh karena itu,
profesinalisme yang harus dimiliki oleh seorang dokter berbeda dengan yang
harus dimiliki oleh seorang guru.Pengertian profesionalisme tidak hanya
berkaitan dengan keahlian dan keterampilan seseorang dalam menjalankan profesi
dan tanggung jawabnya, tetapi juga berkaitan dengan kepedulian orang tersebut
dengan klien atau pasiennya. Oleh karena itu, orang yang memiliki keterapilan
dan keahlian dalam bidangnya belum bisa dikatakan profesional sebelum ia
menunjukkan kepedulian terhadap klien atau pasiennya.
B.
Dimensi Profesionalisme
Hall.
R (Muhammad, Rifqi. 2008 : 3). Mengembangkan konsep profesionalisme dari level
individu meliputi lima dimensi, yaitu :
a. Pengabdian pada profesi (dedication),
yang tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara
total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan
bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total
merupakan komitmen pribadi dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah
kepuasan rohani dan kemudian kepuasan material.
b. Kewajiban Sosial (Social
obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya paran profesi serta manfaat
yang diperoleh baik oleh masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian (Autonomy
demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang professional harus mampu
membuat keputusan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain.
d. Keyakinan terhadap peraturan
profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang
berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan
bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan
pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi
(Professional community affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal
sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesinya.
Sementara
itu Maister (1998 : 25) mengisyaratkan profesionalisme pada level individu
meliputi 4 (empat) dimensi yaitu :
a.
Kebanggaan pada pekerjaan
b.
Komitmen pada kualitas
c.
Dedikasi pada kepentingan klien
d.
Keinginan tulus untuk membantu
C.
Ciri-ciri Profesionalisme
Maister
(1998 : 21-22), mengatakan bahwa ciri-ciri profesionalisme sejati yaitu :
a.
Bangga pada pekerjaan mereka, dan
menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas.
b.
Berusaha meraih tanggung jawab.
c.
Mengantisipasi, dan tidak
menunggu perintah, mereka menunjukkan inisiatif.
d.
Mengerjakan apa yang perlu
dikerjakan untuk merampungkan tugas.
e.
Melibatkan diri secara aktif dan
tidak sekedar bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka.
f.
Selalu mencari cara untuk membuat
berbagai hal menjadi lebih mudah bagi orang yang mereka layani.
g.
Ingin belajar sebanyak mungkin
mengenai bisnis orang-orang yang mereka layani.
h.
Benar-benar mendengarkan
kebutuhan orang-orang yang layani.
i.
Belajar memahami dan berfikir
seperti orang-orang yang mereka layani sehingga bisa mewakili mereka ketika
orang-orang itu tidak ada ditempat.
j.
Adalah pemain tim.
k.
Bisa dipercaya memegang rahasia.
l.
Jujur, bisa dipercaya dan setia.
m.
Terbuka pada kritik-kritik yang
membangun mengenai cara meningkatkan diri.
Sedangkan
Mahfud MD (Wangmuba, 2009) antara lain menunjukan beberapa karakteristik budaya
akademis yang berpengaruh terhadap profesionalisme sebagai berikut :
a. Bangga atas pekerjaannya
dengan komitmen pribadi yang kuat dan berkualitas.
b. Memiliki tanggungjawab yang
besar, antisipatif dan penuh inisiatif.
c. Ingin
selalu menegrjakan pekerjaan dengan tuntas dan ikut terlibat dalam berbagai
peran diluar pekerjaannya.
d. Ingin
terus belajar untuk meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan melayani.
e.
Mendengar kebutuhan pelanggan dan dapat bekerja dengan baik dalam suatu tim.
f. Dapat dipercaya, jujur, terus terang dan
loyal.
g.
Terbuka terhadap kritik yang bersifat konstruktif serta selalu siap untuk
meningkatkan dan menyempurnakan dirinya.
D.
Dasar-Dasar Profesionalisme
Sikap
profesional sangat penting bagi seseorang yang menggeluti profesi
tertentu.Begitu pula dengan seseorang yang berprofesi sebagai
dokter.Profesionalisme adalah sesuatu yang sangat mempengaruhi kesuksesan karir
dan profesinya. Namun, profesionalisme tersebut tidak akan terwujud tanpa
adanya komponen-komponen penting yang menjadi dasar dari profesionalisme
seseorang yang berprofesi sebagai. Adapun beberapa dasar profesinalisme
kedokteran adalah sebagai berikut.
a.
Memenuhi kompetensi kedokteran
Seorang
dokter harus memiliki dan memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Bagi
seorang dokter, kompetensi inilah yang akan menjadi modal utama dalam meraih
profesionalisme dalam profesinya
b.
Mempunyai keterampilan
berkomunikasi
Kompetensi,
keterampilan, dan keahlian yang dimiliki
seseorang tidak akan bisa menjadikan dirinya sebagai dokter yang profesional.
Hal ini terjadi karena ada faktor pendukung lain yang harus dipenuhi, yaitu
keterampilan yang baik dalam berkomunikasi. Banyak kasus menyimpang
(malpraktik) tejadi bukan karena kelalian atau kesengajaan dokter, tetapi
karena kurangnya komunikasi yang baik dan efektif antara dokter dan
pasiennya.Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi yang baik dan efektif
sangat berpengaruh terhadap profesionalisme seseorang.
c.
Memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang etika
Hal
lain yang tak kalah pentang dalam menentukan profesionalisme seseorang adalah
etika dalam profesinya. Niai profesionalisme seseorang dapat dilihat dari
seberapa patuh terhadap kode etik yang dimiliki oleh profesinya.Oleh karena
itu, profesinalisme seorang dokter juga dipengaruhi oleh etika atau kode etik
yang terlah ditetapkan.
E.
Profesionalisme dokter dalam
klinik
Profesionalisme
seorang dokter dalam klinik dapat ditunjukkan dalam beberapa hal yang akan
menjadi tolak ukur profesionalisme seorang dokter dalam manjalankan tanggung
jawabya. Profesionalisme kedokteran dalam klinik meliputi beberapa hal
diantaranya:
a.
Mencapai kesuksesan dan
keberhasilan klinik secara prima
Sikap profesionalisme seorang
dokter ditandai dengan keahlian yang
prima. Yang dimaksud dengan prima adalah melebihi standar kompetensi yan g
telah ditentukan dan ditetapkan. Sikap ini dapat dimiliki oleh seorang dokter
apabila ia menguasai kompetensi klinik dan terus mempelajari dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran secara berkesinambungan.
b.
Berprikemanusiaan
Yang dimaksud dengan
berprikemanusiaan dalam profesionalisme dokter ini adalah sikap bersungguh-sungguh
dan perhatian kepada pasien, dan memperlakukan pasien sebagai manusia
seutuhnya.Hal ini ditunjukkan dengana adanya rasa terharu, empati, dan kasihan
kepada pasien.Sikap ini juga dapat dilihat darinpemberian nilai-nilai spiritual
kepada pasien, karena nilai-nilai spritual ini juga sangat berpengaruh
terahadap kesembuhan pasien.
c.
Bertanggung jawab
Dokter yang profesional adalah
dokter yang mampu bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah ia ambil
dan ia lalukan. Sikap tanggung jawab tidak hanya dilakukan ketika terdapat
kekeliruan dalam tindakan, tetapi menggunakan prosedur yang tepat dalam
pengobatan juga termasuk sikap tanggung jawab yang harus dimiliki oleh dokter
yang profesional.
d.
Mementingkan kepentingan orang
lain
Dokter adalah profesi yang paling
humanis.Oleh karena itu, seorang dokter harus mampu mendahulukan kepentingan
pasien daripada kepentingan dirinya sendiri. Dan juga tujuan utama yang harus
dimiliki oleh seorang dokter adalah mengobati orang sakit bukan memperoleh
imbalan dari hal tersebut, sehingga imbalan bukan menjadi patokan bagi
pelayanan yang ia lakukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Penelitian
ini telah dilakukan pada:
·
Hari : Jum’at - Senin
·
Tanggal : 12 – 15 Oktober 2012
·
Tempat : Pelayanan Kesehatan Sekitar
Ciputat, tanggerang Selatan, Banten
3.2 Sampel atau populasi
Yang
kami gunakan dalam proyek ini adalah pasien dan dokter yang berada di Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten.
3.3 Mekanisme Pelaksanaan
1.
Dosen memberikan materi yang
berkaitan dengan profesionalisme.
2.
Dosen memberikan list pertanyaan
untuk kuisioner dan memberikan pengarahan untuk pengisian kuesioner.
3.
Mencetak kertas kuesioner
sebanyak 30 lembar.
4.
Mendatangi klinik-klinik ataupun
rumah sakit serta tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk mencari koresponden
yang bersedia untuk mengisi kuesioner.
5.
Mengubah data kuesioner ke dalam
bentuk data empiris ke dalam Microsoft Excel
6.
Menganalisis data hasil pengisian
kuesioner
7.
Mencari referensi mengenai
profesionalisme seorang dokter
8.
Membandingkan teori mengenai
sikap seorang dokter yang professional dengan pendapat koresponden mengenai
dokter yang pernah mereka kunjungi.
9.
Membuat makalah tentang
profesionalisme.
10.
Membuat kesimpulan mengenai sikap
dokter yang professional.
BAB IV
ISI DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Jumlah koresponden pada
penelitian yang kami lakukan mengenai profesionalisme seorang dokter adalah 27
orang yang terdiri dari koresponden laki- laki sebanyak 12 orang dan
koresponden perempuan sebanyak 15 orang. Koresponden pengisian kuesioner pada
penelitian yang kami lakukan terdiri
dari berbagai usia mulai dari 18 tahun hingga 54 tahun. Para koresponden ini
tersebar di klinik dan rumah sakit di kota Tangerang Selatan dan sekitarnya.
Pengambilan kuesioner dilakukan pada beberapa koresponden dengan berbagai
pekerjaan seperti wiraswasta (29.6%), mahasiswa (25.92%) , guru(7.42%), ibu
rumah tangga (7.42%), karyawan(14.8%), pekerjaan lainnya(7.42%). Para
korespondn juga tinggaldi berbagai tempat diantaranya Pamulang sebanyak 6 orang
( 22.22%), Ciputat sebanyak 17 orang( 62.96%), Bekasi sebanyak 2 orang( 7.4%),
Cirebon sebanyak 2 orang( 7.4%) dan Ciledug sebanyak 1 orang (3.7%).
Pada penelitian yang
telah kami lakukan, dengan lokasi pengambilan di beberapa tempat diantaranya RS
Fatmawati, RS UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, dan Klinik Arviyanti yang
bertempat di Kecamatan Pamulang mengenai profesionalisme dokter dengan melihat
beberapa aspek tentang sikap seorang dokter dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Dimulai dari proses
awal yaitu menceritakan keluhan pasien, sebanyak 55.56% pasien menceritakan
keluhannya secara langsung tanpa perlu ditanya ataupun diminta oleh dokter
terlebih dahulu sedangkan dokter mengambil tindakan dengan menanyakan keluhan
pasien terlebih dahulu adalah sebanyak 4.44%. Padahal secara teori, seharusnya
dokter mengerti kebutuhan pasien dengan menanyakan keluhannya terlebih
dahulu. Sebanyak 59.97% pasien yang
menceritakan keluhanya secara langsung mengatakan bahwa hal tersebut dimaksudkan
agar dokter mengetahui keluhan pasien sehingga nantinya akan memudahkan dokter
untuk mendiagnosa penyakit pasien. Dan sebanyak 20% pasien dari hasil pengisian
kuesioner menyebutkan bahwa dengan menceritakan keluhan dirinya terlebih dahulu
menimbulkan kepuasan dan kejelasan pada dirinya sedangkan, 13.3% pasien
mengatakan bahwa alasan mengatakan keluhan terlebih dahulu adalah karena
ketidaktahanan terhadap sakit yang diderita. Namun, ada juga pasien yang
beralasan hal tersebut dikarenakan kekhawatiran akan kesalahan diagnose dokter
yaitu sebanyak 6.67%. Sedangkan pasien yang menceritakan keluhannya setelah
terlebih dahulu ditanya oleh dokter adalah sebanyak 82.5% pasien.Mereka
berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena dokter tidak mengetahui keluhan
pasien jika dokter tidak menanyakannya terlebih dahulu sehingga dokter tidak
dapat mendiagnosa dan mengetahui penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
Sebanyak 12.5% pasien berpendapat bahwa
hal tersebut dilakukan karena seorang dokter berkewajiban untuk melayani
pasien. Sedangkan pasien yang lain tidak berpendapat apapun.
Beberapa pasien yaitu
sekitar 44.44% yang kami jadikan sample dalam penelitian ini memiliki dokter
langganan, itu menunjukkan bahwa pasien tersebut menaruh harapan dan
kepercayaan yang tinggi terhadap beberapa orang dokter saja, sedangkan 55.56%
pasien mengaku tidak pernah memiliki dokter langganan. Pasien tersebut dapat
memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dokter tertentu, menurut penelitian
kami disebabkan oleh beberapa factor yaitu
sebanyak 40% pasien menyebutkan hal tersebut dikarenakan kecocokan pasien
terhadap obat yang diberikan oleh dokter,dan sebanyak 13.33% jumlah koresponden
mengatakan bahwa mereka memiliki dokter langganan karena pengobatan yang
diberikan dokter tidak merogoh saku mereka lebih dalam atau dengan kata lain
pengobatan tersebut lebih murah, ada juga pasien(6.67%) yang memilih dokter
langganan tersebut karena obat yang diberikan bervariasi dan tidak monoton, dan
beberapa pasien yaitu sebanyak 26.66% mengatakan bahwa dokter tersebut ramah
dan membuat pasien merasa nyaman.
Profesionalisme seorang
dokter dapat dilihat juga dari alasan-alasan pasien ketika seorang dokter dapat
membuat pasien lebih nyaman, percaya dan tidak meragukan dokter. Pada
penelitian yang kami lakukan, pasien-pasien dapat merasa nyaman terhadap dokter
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
-
pasien
sebanyak 47.36% tersebut menganggap dokter ahli dan menguasai bidang
kedokteran,
-
36.84%
koresponden merasa nyaman karena dokter tersebut lebih memperhatikan pasien,
komunikatif, dan aktif bertanya ataupun memberikan informasi,
-
Sebanyak
10.53% koresponden berpendapat karena dokter tersebut ramah, dan
-
5.26%
berargumen bahwa dia merasa nyaman karena dokter tersebut tidak mendiskriminasi
pasien atau membeda-bedakan pelayanan yang diberikan kepada pasien berdasarkan
status sosial, ekonomi,ataupun suku dan daerah.
Walaupun berdasarkan
penelitian yang kami lakukan tersebut frekuensi pasien yang merasa yakin kepada
seorang dokter lebih besar yaitu sekitar 74.07%, namun ada juga pasien yang
pernah meragukan keahlian seorang dokter dengan presentase sekitar
25.93%.Terjadi perbedaan yang mencolok pada hasil data yang telah kita peroleh
tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah
pasien yang mempercayai dokter lebih banyak, namun penyebab keraguan pasien tersebut perlu dikaji dan
dibahas. Penyebab keraguan pasien terhadap dokter menurut penelitian yang telah
kamilakukan terbagi atas dua alasan yaitu:
-
Dokter
tidak memperhatikan , hal ini meliputi dokter bersikap acuh dan tak acuh, tidak
mendengarkan serta asal asalan.
-
Tidak
cocok dengan pengobatannya berupa anamnesis dan pemberian obat yang asal-asalan
serta diagnosis yang tidak sesuai dengan sakit yang dirasakan pasien.
Pada umumnya, pelayanan
dokter terhadap pasien meliputi pengumpulan informasi mengenai keluhan pasien
yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik untuk menguatkan dugaan
yang dilanjutkan dengan diagnosis.Namun, praktek tidak selalu sejalan sesuai
dengan teori.Pelayanan yang dilakukan dokter ada kalanya tidak sesuai dengan
standar pelayanan. Beberapa dokter, yaitu sebanyak 14.81% dari pasien yang kami
jadikan sampel pada penelitian mengenai profesionalisme ini, tidak melakukan
pemeriksaan fisik terlebih dahulu yang bertujuan untuk menguatkan dugaan,
melainkan langsung mendiagnosis bahkan langsung memberikan obat. Beberapa
alasnnya yaitu penyakit yang diderita pasien masih tergolong ringan dan dapat
langsung didiagnosa penyakitnya.
Selain itu, berdasarkan
data pasien- pasien yang telah kami jadikan sampel, seorang dokter dapat
dikatakan professional jika 28,57% berpendapat yaitu dokter mengerti tugas dan
bertanggung jawab seperti seorang Dokter haruslah dapat menangani dan melayani
pasien yang membutuhkan pertolongan kesehatan, tidak menggunakan keahlian
profesinya untuk kepentingan yang lain, dan dapat melaksanakan tugasnya sebagai
dokter namun tetap melaksanakan kewajiban lainnya, kemudian dapat bersikap ramah (19.05%),
menguasai ilmu kedokteran(19.05%) yang nantinya dapat mengetahui pengobatan
yang sesuai untuk pasien dalam keadaan tertentu sehingga tidak akan terjadi
peristiwa kesalahan pengobatan atau bahkan malpraktek, selanjutnya dokter
profesional juga merupakan dokter yang tulus, ikhlas, rela berkorban serta
tidak mendeskriminasi(14.28%) yaitu benar-benar menolong pasien hanya karena
ingin meringankan beban orang lain, tidak untuk tujuan yang lainnya apalagi
tujuan yang merugikan masyarakat khususnya pasien serta berpengalaman, tepat
waktu, komunikatif serta perhatian(19.05%), jadi dokter tersebut benar-benar
memperhatikan pasien misalnya mendengarkan dengan seksama ketika pasien
menceritakan keluhannya dan dapat diwujudkan dengan sikap dokter yang
komunikatif yaitu merespon apa yang dibicarakan pasien. Sedangkan Dokter yang
baik menurut koresponden, pada umumnya hampir sama dengan dokter yang
profesional yaitu dokter dapat bersikap ramah(48.27%), komunikatif( 17.24%),
memahami pasien( 13.79%), melayani dengan baik(13.79%) dan tidak
mendeskriminasi( 6.89%).
Berdasarkan data-data
yang telah diuraikan diatas, secara garis besar, profesionalisme dapat dilihat
dari sikap sikap tertentu yaitu
·
Dokter
menyapa dengan ramah, menurut sebagian besar pasien(62,96%) menganggap bahwa
sikap tersebut sangat penting, 33,33% pasien menganggap penting, dan hanya 3,7%
pasien yang menganggap tidak penting. Fakta yang terjadi di masyarakat adalah
dokter menyapa dengan ramah terhadap pasien sesuai dengan hasil pengisian
kuesioner yaitu sebanyak 55,56%, sedangkan 33,33% menyatakan sangat sesuai,
namun ada juga yang mengatakan realita tidak sesuai dengan presentase 33,33%.
·
mempersilahkan
pasien menjelaskan keluhan secara bebas, menurut data kuisioner yang kami
dapat, banyak pasien yang menganggap hal tersebut sangat penting, yaitu dengan
presentase 55,56% sedangkan 4,44% nya beranggapan penting. Jadi mempersilahkan
pasien menjelaskan keluhannya secara bebas benar-benar dianggap penting.
Sedangkan pasien-pasien juga beranggapan hal tersebut sesuai dengan realitanya
dengan presentase 37,04% sangat sesuai dan 55,56% menyatakan sesuai, namun 7,4%
yang lainnya menyatakan hal tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
·
mendengarkan
dengan penuh perhatian, pasien-pasien koresponden penelitian kami menganggap bahwa tindakan dokter yang
mendengarkan pasien dengan penuh perhatian tersebut sangatlah penting, hal ini
ditunjukkan dengan hasil kuesioner dengan presentase sebanyak 77,78% dari
jumlah keseluruhan dan sisanya yaitu 22,22% menganggap penting. Dan ketika
ditinjau kepada realitanya sebagian besar mengatakan hal tersebut sesuai yaitu
dengan presentase 37,04% menyatakan sangat sesuai, 59,26% sesuai, dan yang 3,7%
berpendapat tidak sesuai.
·
memperhatikan
saat bercerita yaitu dengan melakukan kontak mata, ketika memperhatikan keluhan
pasien tersebut pasien-pasien beranggapan melakukan kontak mata dengan pasien
merupakan sesuatu yang penting. Sesuai dengan presentase yang ditunjukkan yaitu
40,74% menyatakan sangat penting, 55,56% penting, dan tidak ada pasien yang
menganggap hal tersebut tidak penting. Namun kenyataannya tidak semua pasien
mengatakan sesuai dengan apa yang
diharapkan, dengan presentase 29,63% menyatakan sangat
sesuai, 51,85% sesuai, sedangkan 11,11% menyebutkan tidak sesuai , bahkan
7,4%nya mengatakan sangat tidak sesuai.
·
memahami
perasaan pasien, dianggap menjadi suatu yang penting yang harus dimiliki oleh
seorang dokter. Berdasarkan kuisioner yang kami bagikan, 44,44% pasien
menganggap hal tersebut sangatlah penting, 48,15% beranggapan penting, namun
ada juga yang menganggap hal tersebut tidaklah penting yaitu dengan presentase
7,4%. Jika dilihat pada realisasinya, sebanyak 62,96% pasien merasa hal
tersebut memang telah sesuai, bahkan sekitar 25,93% merasa sangat sesuai dengan
sikap dokter-dokter yang pernah melayani mereka. Tetapi 11,11% pasien masih
menganggap dan pernah merasa bahwa sikap memahami pasien bagi dokter belum
sesuai dengan fakta yang ada. Namun, pada umumnya banyak dokter yang telah
dapat memahami pasiennya
·
melakukan
pemeriksaan fisik, prosedur penentuan diagnosa selain dengan anamnesis yaitu dengan
pemeriksaan fisik. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan melalui kuisioner
tersebut, diperoleh hasil bahwa sebagian besar pasien dengan presentase sebesar
55,56% menganggap dan berharap pemeriksaan tersebut sangat penting, dan 40,74%
menganggap penting, namun masih ada juga yang berpendapat bahwa hal tersebut
tidak penting dengan presentase sebesar 3,7%. Pemeriksaan fisik kepada pasien
tersebut pada umumnya telah banyak dilakukan oleh seorang dokter, hal tersebut
dilihat berdasarkan data penelitian yang telah kami peroleh yaitu sebanyak
59,26% mengatakan sesuai dengan seharusnya yaitu melakukan pemeriksaan fisik
terhadap pasien bahkan 37,04% berpendapat hal tersebut sangat sesuai dengan
harapannya.
·
memberikan
informasi mengenai penyakit dan obat- obatan secara lengkap. Berdasarkan
penelitian yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan sebagian besar
pasien mengatakan bahwa tindakan dokter dengan memberikan informasi mengenai
penyakit dan obat- obatan secara lengkap adalah hal yang sangat penting dan
sesuai. Karena pasien berhak mengetahui gangguan fisik yang dialaminya, serta
obat- obatan yang akan diberikan kepada pasien tersebut. Dalam bioetik terdapat
empat prinsip yaitu autonomy, beneficence, non-maleficence dan justice. Salah
satu prinsip bioetik adalah autonomy dimana pasien diberikan hak memilih
pengobatan apa yang dianggap terbaik bagi dirinya. Untuk dapat memilih mengenai
pengobatan terbaik tersebut, pasien harus terlebih dahulu mengetahui penyakit
yang dideritanya dan obat- obatan yang akan diberikan. Poin ini juga mencakup
transparency yang harus dilakukan dalam berbagai pekerjaan yang digeluti.
·
menanyakan
mengenai hal- hal yang belum dan ingin diketahui oleh pasien. Sebagian besar
koresponden pada penelitian ini mengatakan bahwa tindakan dokter menanyakan
hal- hal yang belum diketahui oleh pasien adalah hal yang sangat penting dan
sesuai. Kadangkala beberapa pasien merasa malu untuk menanyakan hal- hal yang
sekiranya masih belum dimengerti dan dipahami oleh pasien. Sehingga dokter juga
harus menanyakan mengenai hal- hal yang masih belum dipahami oleh pasien.
·
serta
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pasien dengan baik dan jujur.
Koresponden pada penelitian ini, sebagian besar yaitu melebihi 70% mengatakan
bahwa tindakan dokter menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien dengan baik
dan jujur adalah hal yang sesuai dan sangat penting.
Jadi
dapat diambil kesimpulan menurut para pasien sample penelitian kami yang dapat
juga mewakili masyarakat pada umumnya menggambarkan seorang dokter yang
profesional dan sikap dokter yang baik adalah dokter yang memiliki sikap
sebagai berikut(berurutan dari presentasi terbesar):
·
ramah
·
mengerti
tugas dan bertanggung jawab
·
menguasai
ilmu kedokteran
·
berpengalaman,
tepat waktu, komunikatif serta perhatian
·
komunikatif
·
tulus,
ikhlas, rela berkorban serta tidak mendeskriminasi
·
mengerti
dan memahami pasien
·
melayani
dengan baik
·
dan
tidak mendeskriminasi
4.2 Pembahasan
Tindakan
dokter pada kenyataanya tidak sesuai dengan teori mengenai profesionalisme seorang
dokter. Dalam tinjauan pustaka telah disimpulkan pengertian professionalism
yaitu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang yang menekuni profesi tertentu.
Profesionalisme tidak hanya dimiliki oleh seorang manajer, tetapi harus
dimiliki oleh setiap orang di profesi tertentu, termasuk dokter. Sikap- sikap
yang harus dimiliki oleh seorang dokter antara lain ramah, mengerti tugas dan
kewajiban, tidak mendeskriminasikan pasien, serta mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh pasien secara lugas dan jelas. Namun, tidak semua dokter
memiliki sikap profesionalisme. Beberapa dokter bahkan melakukan praktek demi
meraup keuntungan pribadi, seperti untuk memperoleh keuntungan materi sebanyak-
banyaknya tanpa memikirkan kepentingan dan kondisi pasien.
Secara
teori, seorang dokter yang professional adalah dokter yang melakukan
pekerjaannya sesuai standar kompetensi dan pelayanan kedokteran , kode etik
kedokteran, dan tidak melanggar hukum-hukum tentang kesehatan, seperti yang ada
dalam Kitab Undang Undang Hasil Pidana atau yang bisa disingkat dengan KUHP. Namun
faktanya masyarakat menganggap seorang dokter yang professional adalah tidak diukur dari standar kompetensi kedokteran dan
standar pelayanan kedokteran saja, namun
juga dilihat dari nilai-nilai soft skill yang harus dimiliki oleh
seorang dokter sehingga pasien-pasien tersebut merasa
nyaman ketika menceritakan keluhan-keluhannya kepada dokter , seperti dokter harusnya dapat bersikap ramah, perhatian
terhadap pasien, bertanggung jawab, dan ikhlas dalam meberikan pelayanan kepada
pasien serta tidak membeda-bedakan pelayanan yang diberikan berdasarkan status
sosial, ekonomi, keluarga, ataupun daerah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian
yang disertai dengan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa
professionalisme adalah sikap bagi seseorang yang professional dalam
mengerjakan profesinya. Sebagai seorang
dokter seharusnya menjalankan profesinya sesuai dengan standar kompetensi
kedokteran dan standar pelayanan kedokteran.
Sedangkan masyarakat pada umumnya tidak menganggap profesionalisme seorang
dokter diukur dari standar kompetensi kedokteran dan standar pelayanan
kedokteran saja, namun juga dilihat dari
nilai-nilai soft skill yang harus dimiliki oleh seorang dokter, seperti
dokter harusnya dapat bersikap ramah, perhatian terhadap pasien, bertanggung
jawab, dan ikhlas dalam meberikan pelayanan kepada pasien serta tidak
membeda-bedakan pelayanan yang diberikan berdasarkan status sosial, ekonomi,
keluarga, ataupun daerah.
5.2 Saran
Dari
penelitian yang telah kami lakukan melalui pengisian kuesioner diperoleh data
bahwa kenyataan yang terjadi dilapangan, tidak sepenuhnya berjalan sesuai
dengan prosedur.Beberapa koresponden mengatakan sikap ramah dokter yang dinilai
sesuai dan sangat penting tidak diberikan oleh beberapa dokter yang mereka
kunjungi. Oleh karena itu seharusnya dokter dapat bersikap ramah, memenuhi
standar kompetensi seorang dokter, mengerti tugas dan tanggung jawab sebagai
seorang dokter, mengasah pengalaman, melakukan praktek ataupun pelayanan sesuai
dengan waktu yang telah dijanjikan serta tulus ikhlas dalam membantu pengobatan
pasien sehingga hasilnya pun memuaskan.
Dokter
juga seharusnya memiliki sifat komunikatif sehingga dapat memahami penbicaraan
pasien, tidak terjadi salah paham antara kedua belah puhak.Sikap tidak
mendeskriminasi kalangan pasien baik itu suku, bangsa, ras, maupun agama sanagt
diperlukan oleh seorangg dokter.Tak lupa dokter juga seharusnya melayani pasien
dengan baik dan penuh perhatian.
diisi lagi dong dok blognya. wkwkwkwkw
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin dokter, ada hal penting loh yang kadang kala kerap dikesampingkan oleh seorang dokter. Karena jadwalnya yang begitu padat, dokter sering banget mengabaikan yang namanya investasi. Padahal, ada loh investasi yang mudah dan menguntungkan bagi mereka yang berprofesi itu. Yuk cek di sini: Investasi tepat bagi dokter
BalasHapusSaya suka artikelnya https://www.cekaja.com/info/lakukan-5-hal-ini-agar-bisnis-tetap-bertahan-di-masa-pandemi
BalasHapus