Profesionalisme Dokter

18.02


MAKALAH PROFESIONALISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Modul Etika, Bioetik, dan Profesionalisme

Kelompok 10
M. Ilyas Saputera
Abqariyatuzzahra Munasib
Annisafitria
Eka Rahma
Muhammad Reza Syahli
Noor Shabrina
Rivki Wida Sarandi
Irwana Arif
Ahmad Sofyan
Khairunnisa Dewi Adawiyah

Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012

                                                             
                                                  
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat iman dan akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya.
Salawat serta salam bagi makhluk mulia junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan ilmu dari Allah kepada umat-umatnya. Ilmu tersebut tidak akan habis sekalipun air laut dijadikan tinta untuk menuliskan ilmunya itu. Dan manusia hanya diberi sedikit sekali.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah yang menerangkan tentang profesionalismeantara dokter dan pasien. Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita. ”Tiada gading yang tak retak” demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.  Terima Kasih.

                                                                                                            Ciputat, 17 Oktober 2012


                                                                                                                      Kelompok 10








Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Penulisan.................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
1.4  Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Profesionalisme.............................................................................. 3
2.2  Dimensi Profesionalisme................................................................................... 4
2.3  Ciri-Ciri Profesionalisme................................................................................... 5
2.4  Dasar-Dasar Profesionalisme............................................................................ 6
2.5  Profesionalisme Dokter dalam Klinik................................................................ 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
              3.1 Waktu dan Tempat............................................................................................ 8
              3.2 Sampel / Populasi.............................................................................................. 8
              2.3 Mekanisme Pelaksanaan .................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1  Hasil Penelitian.................................................................................................. 9
4.2  Pembahasan ..................................................................................................... 16
BAB V PENUTUP
5.1  Kesimpulan........................................................................................................ 16
5.2  Saran.................................................................................................................. 16

DaftarPustaka........................................................................................................................ iii
Lampiran




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dokter merupakan profesi yang masih dianggap sebagai profesi yang terhormat dan mulia, masyarakat menganggap bahwa seorang dokter adalah orang yang paripurna, yang mampu menyelesaikan segala hal dan  segala masalah yang diderita pasien, masyarakat juga menggap bahwa dokter adalah profesi yang sangat menguntungkan, dan mampu memperoleh banyak uang dalam waktu yang singkat. Bahkan, sebagian orang menganggap bahwa seorang dokter setara dengan dewa atau malaikat. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sebagian besar orang tua berbondong-bondong untuk memasukkan buah hati mereka ke fakultas-fakultas kedokteran di universitas ternama, dan rela mengeluarkan uang ratusan juta rupiah, hanya untuk menjadikan anaknya sebagai seorang dokter.
Berdasarkan kenyataan yang muncul, tidak semua dokter bersikap altruisme, yang hanya mementingkan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan, tanpa memikirkan imbalan dan tanda jasa dari pertolongan tersebut. Diantara para dokter yang dianggap terhormat tersebut, juga terdapat dokter-dokter yang materialistis, yang menitikberatkan kepada imbalan dari pertolongan yang ia berikan, sehingga muncul perbedaan perlakuan terhadap pasien yang kaya  dan pasien yang miskin. Dan juga sebagian dokter rela melakukan segala cara agar memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tanpa memeperhatikan nilai halal dan haram, serta benar dan salah menurut agama dan hukum kedokteran yang berlaku dan yang telah ditetapkan.
Melihat kasus-kasus tesebut, perlu adanya kajian tentang profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang dokter agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sikap profesionalisme seorang dokter secara toeritis, dan sikap profesionalisme dokter berdasarkan pendapat dan harapan  masyarakat. Dua pandangan tentang profesionalisme ini akan dibandingkan dan diambil kesimpulan tentang sikap profesional yang tepat dan mampu menjawab tantangan yang dihadapi seorang dokter dalam menghadapi problematika yang muncul pada diri pasien dan keluarganya, sehingga dengan sikap profesional yang dimiliki oleh dokter dan dipraktikkan dalam menangani keluhan pasien akan terwujud kepuasan di kedua belah pihak.
1.2  Rumusan Masalah
·         Apa definisi dari profesionalisme?
·         Apa dasar dari profesionalisme dalam klinik?
·         Bagaimana sikap profesionalisme dalam klinik?
·         Bagaimana penilaian masyarakat tentang profesionalisme seorang dokter?
·         Apa yang menjadi prioritas utama yang sangat diharapkan oleh masyarakat mengenai profesionalisme seorang dokter?
·         Bagaimana kriteria dokter yang profesional menurut masyarakat?

1.3  Tujuan penulisan
·      Mengetahui definisi dari profesionalisme
·      Mengetahui dasar dari profesionalisme dokter dalam klinik
·      Mengetahui sikap profesionalisme dokter dalam klinik
·      Mengetahui penilaian masyarakat tentang profesionalisme seorang dokter
·      Mengetahui prioritas utama yang sangat diharapkan oleh masyarakat mengenai profesionalisme seorang dokter
·      Mengetahui kreteria dokter yang profesional menurut masyarakat

1.4  Manfaat penulisan
·         Menambah pengetahuan penulis tentang sikap profesionalisme seorang dokter
·         Penulis dapat mengamalkan sikap profesionalisme dalam kehidupan sehari-hari dalam berprofesi sebagai dokter
·         Menambah pengetahuan pembaca tentang sikap profesionalisme seorang dokter Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian
·         Melatih penulis untuk mebuat laporan dari sebuah penelitian
·         Sebagai acuan bagi penulis dalam penulisan makalh selanjutnya





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.          Pengertian Profesionalisme
Kusnandar (2007 : 46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang”.
Sementara itu Danim (2002 : 23) mendefinisikan bahwa, profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu Kemudian Freidson (1970) dalam Syaiful Sagala (2002 : 199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan karir”.
Sedangkan Poerwopoespito & Utomo (2000 : 266), mengatakan bahwa profesionalisme berarti faham yang menempatkan profesi sebagai titik perhatian utama dalam hidup seseorang. Orang yang menganut faham profesionalisme selalu menunjukkan sikap profesional dalam bekerja dan dalam keseharian hidupnya.
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional, dan profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok yang disebut profesi, artinya pekerjaan tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan sebagai pekerjaan dan isme sebagai pandangan hidup, maka profesional dapat diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya. Jadi pada dasarnya profesionalisme berkenaan dengan sikap peduli baik terhadap klien atau pun terhadap profesinya, Seperti yang diungkapkan oleh David H. Maister bahwa profesionalisme adalah terutama masalah sikap, bukan seperangkat kompetensi. Seorang professional sejati adalah seorang teknisi yang peduli (Maister, 1998 : 23).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah sikap yang harus dimiliki oleh seseorang yang menekuni profesi tertentu. Dan profesionalisme semestinya bukan hanya dimiliki oleh seorang menejer, tetapi harus dimiliki oleh setiap orang di profesi tertentu, di posisi mana pun ia bekerja. Profesionalisme dapat diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang sesuai dengan profesi dan posisinya.Oleh karena itu, profesinalisme yang harus dimiliki oleh seorang dokter berbeda dengan yang harus dimiliki oleh seorang guru.Pengertian profesionalisme tidak hanya berkaitan dengan keahlian dan keterampilan seseorang dalam menjalankan profesi dan tanggung jawabnya, tetapi juga berkaitan dengan kepedulian orang tersebut dengan klien atau pasiennya. Oleh karena itu, orang yang memiliki keterapilan dan keahlian dalam bidangnya belum bisa dikatakan profesional sebelum ia menunjukkan kepedulian terhadap klien atau pasiennya.

B.     Dimensi Profesionalisme

Hall. R (Muhammad, Rifqi. 2008 : 3). Mengembangkan konsep profesionalisme dari level individu meliputi lima dimensi, yaitu :
a. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohani dan kemudian kepuasan material.
b. Kewajiban Sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya paran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian (Autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain.
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya.

Sementara itu Maister (1998 : 25) mengisyaratkan profesionalisme pada level individu meliputi 4 (empat) dimensi yaitu :
a. Kebanggaan pada pekerjaan
b. Komitmen pada kualitas
c. Dedikasi pada kepentingan klien
d. Keinginan tulus untuk membantu

C.      Ciri-ciri Profesionalisme
Maister (1998 : 21-22), mengatakan bahwa ciri-ciri profesionalisme sejati yaitu :
a.       Bangga pada pekerjaan mereka, dan menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas.
b.      Berusaha meraih tanggung jawab.
c.       Mengantisipasi, dan tidak menunggu perintah, mereka menunjukkan inisiatif.
d.      Mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk merampungkan tugas.
e.       Melibatkan diri secara aktif dan tidak sekedar bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka.
f.       Selalu mencari cara untuk membuat berbagai hal menjadi lebih mudah bagi orang yang mereka layani.
g.      Ingin belajar sebanyak mungkin mengenai bisnis orang-orang yang mereka layani.
h.      Benar-benar mendengarkan kebutuhan orang-orang yang layani.
i.        Belajar memahami dan berfikir seperti orang-orang yang mereka layani sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang itu tidak ada ditempat.
j.        Adalah pemain tim.
k.      Bisa dipercaya memegang rahasia.
l.        Jujur, bisa dipercaya dan setia.
m.    Terbuka pada kritik-kritik yang membangun mengenai cara meningkatkan diri.

Sedangkan Mahfud MD (Wangmuba, 2009) antara lain menunjukan beberapa karakteristik budaya akademis yang berpengaruh terhadap profesionalisme sebagai berikut :
a. Bangga atas pekerjaannya dengan komitmen pribadi yang kuat dan berkualitas.
b. Memiliki tanggungjawab yang besar, antisipatif dan penuh inisiatif.
c. Ingin selalu menegrjakan pekerjaan dengan tuntas dan ikut terlibat dalam berbagai peran diluar pekerjaannya.
d. Ingin terus belajar untuk meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan melayani.
e. Mendengar kebutuhan pelanggan dan dapat bekerja dengan baik dalam suatu tim.
f.  Dapat dipercaya, jujur, terus terang dan loyal.
g. Terbuka terhadap kritik yang bersifat konstruktif serta selalu siap untuk meningkatkan dan menyempurnakan dirinya.

D.    Dasar-Dasar Profesionalisme
Sikap profesional sangat penting bagi seseorang yang menggeluti profesi tertentu.Begitu pula dengan seseorang yang berprofesi sebagai dokter.Profesionalisme adalah sesuatu yang sangat mempengaruhi kesuksesan karir dan profesinya. Namun, profesionalisme tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya komponen-komponen penting yang menjadi dasar dari profesionalisme seseorang yang berprofesi sebagai. Adapun beberapa dasar profesinalisme kedokteran adalah sebagai berikut.
a.    Memenuhi kompetensi kedokteran
Seorang dokter harus memiliki dan memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Bagi seorang dokter, kompetensi inilah yang akan menjadi modal utama dalam meraih profesionalisme dalam profesinya
b.    Mempunyai keterampilan berkomunikasi
Kompetensi, keterampilan, dan  keahlian yang dimiliki seseorang tidak akan bisa menjadikan dirinya sebagai dokter yang profesional. Hal ini terjadi karena ada faktor pendukung lain yang harus dipenuhi, yaitu keterampilan yang baik dalam berkomunikasi. Banyak kasus menyimpang (malpraktik) tejadi bukan karena kelalian atau kesengajaan dokter, tetapi karena kurangnya komunikasi yang baik dan efektif antara dokter dan pasiennya.Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi yang baik dan efektif sangat berpengaruh terhadap profesionalisme seseorang.
c.    Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang etika
Hal lain yang tak kalah pentang dalam menentukan profesionalisme seseorang adalah etika dalam profesinya. Niai profesionalisme seseorang dapat dilihat dari seberapa patuh terhadap kode etik yang dimiliki oleh profesinya.Oleh karena itu, profesinalisme seorang dokter juga dipengaruhi oleh etika atau kode etik yang terlah ditetapkan.





E.     Profesionalisme dokter dalam klinik
Profesionalisme seorang dokter dalam klinik dapat ditunjukkan dalam beberapa hal yang akan menjadi tolak ukur profesionalisme seorang dokter dalam manjalankan tanggung jawabya. Profesionalisme kedokteran dalam klinik meliputi beberapa hal diantaranya:

a.    Mencapai kesuksesan dan keberhasilan klinik secara prima
Sikap profesionalisme seorang dokter  ditandai dengan keahlian yang prima. Yang dimaksud dengan prima adalah melebihi standar kompetensi yan g telah ditentukan dan ditetapkan. Sikap ini dapat dimiliki oleh seorang dokter apabila ia menguasai kompetensi klinik dan terus mempelajari dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran secara berkesinambungan.
b.     Berprikemanusiaan
Yang dimaksud dengan berprikemanusiaan dalam profesionalisme dokter ini adalah sikap bersungguh-sungguh dan perhatian kepada pasien, dan memperlakukan pasien sebagai manusia seutuhnya.Hal ini ditunjukkan dengana adanya rasa terharu, empati, dan kasihan kepada pasien.Sikap ini juga dapat dilihat darinpemberian nilai-nilai spiritual kepada pasien, karena nilai-nilai spritual ini juga sangat berpengaruh terahadap kesembuhan pasien.
c.    Bertanggung jawab
Dokter yang profesional adalah dokter yang mampu bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah ia ambil dan ia lalukan. Sikap tanggung jawab tidak hanya dilakukan ketika terdapat kekeliruan dalam tindakan, tetapi menggunakan prosedur yang tepat dalam pengobatan juga termasuk sikap tanggung jawab yang harus dimiliki oleh dokter yang profesional.
d.   Mementingkan kepentingan orang lain
Dokter adalah profesi yang paling humanis.Oleh karena itu, seorang dokter harus mampu mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan dirinya sendiri. Dan juga tujuan utama yang harus dimiliki oleh seorang dokter adalah mengobati orang sakit bukan memperoleh imbalan dari hal tersebut, sehingga imbalan bukan menjadi patokan bagi pelayanan yang ia lakukan.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan pada:
·         Hari                 : Jum’at - Senin
·         Tanggal           : 12 – 15 Oktober 2012
·         Tempat            : Pelayanan Kesehatan Sekitar Ciputat, tanggerang Selatan, Banten

3.2  Sampel atau populasi
Yang kami gunakan dalam proyek ini adalah pasien dan dokter yang berada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten.
3.3 Mekanisme Pelaksanaan
1.      Dosen memberikan materi yang berkaitan dengan profesionalisme.
2.      Dosen memberikan list pertanyaan untuk kuisioner dan memberikan pengarahan untuk pengisian kuesioner.
3.      Mencetak kertas kuesioner sebanyak 30 lembar.
4.      Mendatangi klinik-klinik ataupun rumah sakit serta tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk mencari koresponden yang bersedia untuk mengisi kuesioner.
5.      Mengubah data kuesioner ke dalam bentuk data empiris ke dalam Microsoft Excel
6.      Menganalisis data hasil pengisian kuesioner
7.      Mencari referensi mengenai profesionalisme seorang dokter
8.      Membandingkan teori mengenai sikap seorang dokter yang professional dengan pendapat koresponden mengenai dokter yang pernah mereka kunjungi.
9.      Membuat makalah tentang profesionalisme.
10.  Membuat kesimpulan mengenai sikap dokter yang professional.



BAB IV
ISI DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Jumlah koresponden pada penelitian yang kami lakukan mengenai profesionalisme seorang dokter adalah 27 orang yang terdiri dari koresponden laki- laki sebanyak 12 orang dan koresponden perempuan sebanyak 15 orang. Koresponden pengisian kuesioner pada penelitian yang kami lakukan  terdiri dari berbagai usia mulai dari 18 tahun hingga 54 tahun. Para koresponden ini tersebar di klinik dan rumah sakit di kota Tangerang Selatan dan sekitarnya. Pengambilan kuesioner dilakukan pada beberapa koresponden dengan berbagai pekerjaan seperti wiraswasta (29.6%), mahasiswa (25.92%) , guru(7.42%), ibu rumah tangga (7.42%), karyawan(14.8%), pekerjaan lainnya(7.42%). Para korespondn juga tinggaldi berbagai tempat diantaranya Pamulang sebanyak 6 orang ( 22.22%), Ciputat sebanyak 17 orang( 62.96%), Bekasi sebanyak 2 orang( 7.4%), Cirebon sebanyak 2 orang( 7.4%) dan Ciledug sebanyak 1 orang (3.7%).
Pada penelitian yang telah kami lakukan, dengan lokasi pengambilan di beberapa tempat diantaranya RS Fatmawati, RS UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, dan Klinik Arviyanti yang bertempat di Kecamatan Pamulang mengenai profesionalisme dokter dengan melihat beberapa aspek tentang sikap seorang dokter dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dimulai dari proses awal yaitu menceritakan keluhan pasien, sebanyak 55.56% pasien menceritakan keluhannya secara langsung tanpa perlu ditanya ataupun diminta oleh dokter terlebih dahulu sedangkan dokter mengambil tindakan dengan menanyakan keluhan pasien terlebih dahulu adalah sebanyak 4.44%. Padahal secara teori, seharusnya dokter mengerti kebutuhan pasien dengan menanyakan keluhannya terlebih dahulu.  Sebanyak 59.97% pasien yang menceritakan keluhanya secara langsung mengatakan bahwa hal tersebut dimaksudkan agar dokter mengetahui keluhan pasien sehingga nantinya akan memudahkan dokter untuk mendiagnosa penyakit pasien. Dan sebanyak 20% pasien dari hasil pengisian kuesioner menyebutkan bahwa dengan menceritakan keluhan dirinya terlebih dahulu menimbulkan kepuasan dan kejelasan pada dirinya sedangkan, 13.3% pasien mengatakan bahwa alasan mengatakan keluhan terlebih dahulu adalah karena ketidaktahanan terhadap sakit yang diderita. Namun, ada juga pasien yang beralasan hal tersebut dikarenakan kekhawatiran akan kesalahan diagnose dokter yaitu sebanyak 6.67%. Sedangkan pasien yang menceritakan keluhannya setelah terlebih dahulu ditanya oleh dokter adalah sebanyak 82.5% pasien.Mereka berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena dokter tidak mengetahui keluhan pasien jika dokter tidak menanyakannya terlebih dahulu sehingga dokter tidak dapat mendiagnosa dan mengetahui penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Sebanyak 12.5% pasien  berpendapat bahwa hal tersebut dilakukan karena seorang dokter berkewajiban untuk melayani pasien. Sedangkan pasien yang lain tidak berpendapat apapun.
Beberapa pasien yaitu sekitar 44.44% yang kami jadikan sample dalam penelitian ini memiliki dokter langganan, itu menunjukkan bahwa pasien tersebut menaruh harapan dan kepercayaan yang tinggi terhadap beberapa orang dokter saja, sedangkan 55.56% pasien mengaku tidak pernah memiliki dokter langganan. Pasien tersebut dapat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dokter tertentu, menurut penelitian kami disebabkan oleh beberapa factor  yaitu sebanyak 40% pasien menyebutkan hal tersebut dikarenakan kecocokan pasien terhadap obat yang diberikan oleh dokter,dan sebanyak 13.33% jumlah koresponden mengatakan bahwa mereka memiliki dokter langganan karena pengobatan yang diberikan dokter tidak merogoh saku mereka lebih dalam atau dengan kata lain pengobatan tersebut lebih murah, ada juga pasien(6.67%) yang memilih dokter langganan tersebut karena obat yang diberikan bervariasi dan tidak monoton, dan beberapa pasien yaitu sebanyak 26.66% mengatakan bahwa dokter tersebut ramah dan membuat pasien merasa nyaman.
Profesionalisme seorang dokter dapat dilihat juga dari alasan-alasan pasien ketika seorang dokter dapat membuat pasien lebih nyaman, percaya dan tidak meragukan dokter. Pada penelitian yang kami lakukan, pasien-pasien dapat merasa nyaman terhadap dokter disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
-          pasien sebanyak 47.36% tersebut menganggap dokter ahli dan menguasai bidang kedokteran,
-          36.84% koresponden merasa nyaman karena dokter tersebut lebih memperhatikan pasien, komunikatif, dan aktif bertanya ataupun memberikan informasi,
-          Sebanyak 10.53% koresponden berpendapat karena dokter tersebut ramah, dan
-          5.26% berargumen bahwa dia merasa nyaman karena dokter tersebut tidak mendiskriminasi pasien atau membeda-bedakan pelayanan yang diberikan kepada pasien berdasarkan status sosial, ekonomi,ataupun suku dan daerah.
Walaupun berdasarkan penelitian yang kami lakukan tersebut frekuensi pasien yang merasa yakin kepada seorang dokter lebih besar yaitu sekitar 74.07%, namun ada juga pasien yang pernah meragukan keahlian seorang dokter dengan presentase sekitar 25.93%.Terjadi perbedaan yang mencolok pada hasil data yang telah kita peroleh tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah pasien yang mempercayai dokter lebih banyak, namun penyebab  keraguan pasien tersebut perlu dikaji dan dibahas. Penyebab keraguan pasien terhadap dokter menurut penelitian yang telah kamilakukan terbagi atas dua alasan yaitu:
-          Dokter tidak memperhatikan , hal ini meliputi dokter bersikap acuh dan tak acuh, tidak mendengarkan serta asal asalan.
-          Tidak cocok dengan pengobatannya berupa anamnesis dan pemberian obat yang asal-asalan serta diagnosis yang tidak sesuai dengan sakit yang dirasakan pasien.
Pada umumnya, pelayanan dokter terhadap pasien meliputi pengumpulan informasi mengenai keluhan pasien yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik untuk menguatkan dugaan yang dilanjutkan dengan diagnosis.Namun, praktek tidak selalu sejalan sesuai dengan teori.Pelayanan yang dilakukan dokter ada kalanya tidak sesuai dengan standar pelayanan. Beberapa dokter, yaitu sebanyak 14.81% dari pasien yang kami jadikan sampel pada penelitian mengenai profesionalisme ini, tidak melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu yang bertujuan untuk menguatkan dugaan, melainkan langsung mendiagnosis bahkan langsung memberikan obat. Beberapa alasnnya yaitu penyakit yang diderita pasien masih tergolong ringan dan dapat langsung didiagnosa penyakitnya.
Selain itu, berdasarkan data pasien- pasien yang telah kami jadikan sampel, seorang dokter dapat dikatakan professional jika 28,57% berpendapat yaitu dokter mengerti tugas dan bertanggung jawab seperti seorang Dokter haruslah dapat menangani dan melayani pasien yang membutuhkan pertolongan kesehatan, tidak menggunakan keahlian profesinya untuk kepentingan yang lain, dan dapat melaksanakan tugasnya sebagai dokter namun tetap melaksanakan kewajiban lainnya,  kemudian dapat bersikap ramah (19.05%), menguasai ilmu kedokteran(19.05%) yang nantinya dapat mengetahui pengobatan yang sesuai untuk pasien dalam keadaan tertentu sehingga tidak akan terjadi peristiwa kesalahan pengobatan atau bahkan malpraktek, selanjutnya dokter profesional juga merupakan dokter yang tulus, ikhlas, rela berkorban serta tidak mendeskriminasi(14.28%) yaitu benar-benar menolong pasien hanya karena ingin meringankan beban orang lain, tidak untuk tujuan yang lainnya apalagi tujuan yang merugikan masyarakat khususnya pasien serta berpengalaman, tepat waktu, komunikatif serta perhatian(19.05%), jadi dokter tersebut benar-benar memperhatikan pasien misalnya mendengarkan dengan seksama ketika pasien menceritakan keluhannya dan dapat diwujudkan dengan sikap dokter yang komunikatif yaitu merespon apa yang dibicarakan pasien. Sedangkan Dokter yang baik menurut koresponden, pada umumnya hampir sama dengan dokter yang profesional yaitu dokter dapat bersikap ramah(48.27%), komunikatif( 17.24%), memahami pasien( 13.79%), melayani dengan baik(13.79%) dan tidak mendeskriminasi( 6.89%).
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan diatas, secara garis besar, profesionalisme dapat dilihat dari sikap sikap tertentu yaitu
·         Dokter menyapa dengan ramah, menurut sebagian besar pasien(62,96%) menganggap bahwa sikap tersebut sangat penting, 33,33% pasien menganggap penting, dan hanya 3,7% pasien yang menganggap tidak penting. Fakta yang terjadi di masyarakat adalah dokter menyapa dengan ramah terhadap pasien sesuai dengan hasil pengisian kuesioner yaitu sebanyak 55,56%, sedangkan 33,33% menyatakan sangat sesuai, namun ada juga yang mengatakan realita tidak sesuai dengan presentase 33,33%.
·         mempersilahkan pasien menjelaskan keluhan secara bebas, menurut data kuisioner yang kami dapat, banyak pasien yang menganggap hal tersebut sangat penting, yaitu dengan presentase 55,56% sedangkan 4,44% nya beranggapan penting. Jadi mempersilahkan pasien menjelaskan keluhannya secara bebas benar-benar dianggap penting. Sedangkan pasien-pasien juga beranggapan hal tersebut sesuai dengan realitanya dengan presentase 37,04% sangat sesuai dan 55,56% menyatakan sesuai, namun 7,4% yang lainnya menyatakan hal tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
·         mendengarkan dengan penuh perhatian, pasien-pasien koresponden penelitian kami  menganggap bahwa tindakan dokter yang mendengarkan pasien dengan penuh perhatian tersebut sangatlah penting, hal ini ditunjukkan dengan hasil kuesioner dengan presentase sebanyak 77,78% dari jumlah keseluruhan dan sisanya yaitu 22,22% menganggap penting. Dan ketika ditinjau kepada realitanya sebagian besar mengatakan hal tersebut sesuai yaitu dengan presentase 37,04% menyatakan sangat sesuai, 59,26% sesuai, dan yang 3,7% berpendapat tidak sesuai.
·         memperhatikan saat bercerita yaitu dengan melakukan kontak mata, ketika memperhatikan keluhan pasien tersebut pasien-pasien beranggapan melakukan kontak mata dengan pasien merupakan sesuatu yang penting. Sesuai dengan presentase yang ditunjukkan yaitu 40,74% menyatakan sangat penting, 55,56% penting, dan tidak ada pasien yang menganggap hal tersebut tidak penting. Namun kenyataannya tidak semua pasien mengatakan sesuai  dengan apa yang diharapkan, dengan presentase 29,63% menyatakan sangat sesuai, 51,85% sesuai, sedangkan 11,11% menyebutkan tidak sesuai , bahkan 7,4%nya mengatakan sangat tidak sesuai.
·         memahami perasaan pasien, dianggap menjadi suatu yang penting yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Berdasarkan kuisioner yang kami bagikan, 44,44% pasien menganggap hal tersebut sangatlah penting, 48,15% beranggapan penting, namun ada juga yang menganggap hal tersebut tidaklah penting yaitu dengan presentase 7,4%. Jika dilihat pada realisasinya, sebanyak 62,96% pasien merasa hal tersebut memang telah sesuai, bahkan sekitar 25,93% merasa sangat sesuai dengan sikap dokter-dokter yang pernah melayani mereka. Tetapi 11,11% pasien masih menganggap dan pernah merasa bahwa sikap memahami pasien bagi dokter belum sesuai dengan fakta yang ada. Namun, pada umumnya banyak dokter yang telah dapat memahami pasiennya
·         melakukan pemeriksaan fisik, prosedur penentuan diagnosa selain dengan anamnesis yaitu dengan pemeriksaan fisik. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan melalui kuisioner tersebut, diperoleh hasil bahwa sebagian besar pasien dengan presentase sebesar 55,56% menganggap dan berharap pemeriksaan tersebut sangat penting, dan 40,74% menganggap penting, namun masih ada juga yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak penting dengan presentase sebesar 3,7%. Pemeriksaan fisik kepada pasien tersebut pada umumnya telah banyak dilakukan oleh seorang dokter, hal tersebut dilihat berdasarkan data penelitian yang telah kami peroleh yaitu sebanyak 59,26% mengatakan sesuai dengan seharusnya yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien bahkan 37,04% berpendapat hal tersebut sangat sesuai dengan harapannya.
·         memberikan informasi mengenai penyakit dan obat- obatan secara lengkap. Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan sebagian besar pasien mengatakan bahwa tindakan dokter dengan memberikan informasi mengenai penyakit dan obat- obatan secara lengkap adalah hal yang sangat penting dan sesuai. Karena pasien berhak mengetahui gangguan fisik yang dialaminya, serta obat- obatan yang akan diberikan kepada pasien tersebut. Dalam bioetik terdapat empat prinsip yaitu autonomy, beneficence, non-maleficence dan justice. Salah satu prinsip bioetik adalah autonomy dimana pasien diberikan hak memilih pengobatan apa yang dianggap terbaik bagi dirinya. Untuk dapat memilih mengenai pengobatan terbaik tersebut, pasien harus terlebih dahulu mengetahui penyakit yang dideritanya dan obat- obatan yang akan diberikan. Poin ini juga mencakup transparency yang harus dilakukan dalam berbagai pekerjaan yang digeluti.
·         menanyakan mengenai hal- hal yang belum dan ingin diketahui oleh pasien. Sebagian besar koresponden pada penelitian ini mengatakan bahwa tindakan dokter menanyakan hal- hal yang belum diketahui oleh pasien adalah hal yang sangat penting dan sesuai. Kadangkala beberapa pasien merasa malu untuk menanyakan hal- hal yang sekiranya masih belum dimengerti dan dipahami oleh pasien. Sehingga dokter juga harus menanyakan mengenai hal- hal yang masih belum dipahami oleh pasien.
·         serta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pasien dengan baik dan jujur. Koresponden pada penelitian ini, sebagian besar yaitu melebihi 70% mengatakan bahwa tindakan dokter menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien dengan baik dan jujur adalah hal yang sesuai dan sangat penting.
Jadi dapat diambil kesimpulan menurut para pasien sample penelitian kami yang dapat juga mewakili masyarakat pada umumnya menggambarkan seorang dokter yang profesional dan sikap dokter yang baik adalah dokter yang memiliki sikap sebagai berikut(berurutan dari presentasi terbesar):
·         ramah
·         mengerti tugas dan bertanggung jawab
·         menguasai ilmu kedokteran
·         berpengalaman, tepat waktu, komunikatif serta perhatian
·         komunikatif
·         tulus, ikhlas, rela berkorban serta tidak mendeskriminasi
·         mengerti dan memahami pasien
·         melayani dengan baik
·         dan tidak mendeskriminasi
4.2 Pembahasan
            Tindakan dokter pada kenyataanya tidak sesuai dengan teori mengenai profesionalisme seorang dokter. Dalam tinjauan pustaka telah disimpulkan pengertian professionalism yaitu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang yang menekuni profesi tertentu. Profesionalisme tidak hanya dimiliki oleh seorang manajer, tetapi harus dimiliki oleh setiap orang di profesi tertentu, termasuk dokter. Sikap- sikap yang harus dimiliki oleh seorang dokter antara lain ramah, mengerti tugas dan kewajiban, tidak mendeskriminasikan pasien, serta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien secara lugas dan jelas. Namun, tidak semua dokter memiliki sikap profesionalisme. Beberapa dokter bahkan melakukan praktek demi meraup keuntungan pribadi, seperti untuk memperoleh keuntungan materi sebanyak- banyaknya tanpa memikirkan kepentingan dan kondisi pasien.
            Secara teori, seorang dokter yang professional adalah dokter yang melakukan pekerjaannya sesuai standar kompetensi dan pelayanan kedokteran , kode etik kedokteran, dan tidak melanggar hukum-hukum tentang kesehatan, seperti yang ada dalam Kitab Undang Undang Hasil Pidana atau yang bisa disingkat dengan KUHP. Namun faktanya masyarakat menganggap seorang dokter yang professional adalah tidak diukur dari standar kompetensi kedokteran dan standar pelayanan kedokteran saja,  namun juga dilihat dari nilai-nilai soft skill yang harus dimiliki oleh seorang dokter sehingga pasien-pasien tersebut merasa nyaman ketika menceritakan keluhan-keluhannya kepada dokter , seperti dokter harusnya dapat bersikap ramah, perhatian terhadap pasien, bertanggung jawab, dan ikhlas dalam meberikan pelayanan kepada pasien serta tidak membeda-bedakan pelayanan yang diberikan berdasarkan status sosial, ekonomi, keluarga, ataupun daerah.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang disertai dengan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa professionalisme adalah sikap bagi seseorang yang professional dalam mengerjakan profesinya.  Sebagai seorang dokter seharusnya menjalankan profesinya sesuai dengan standar kompetensi kedokteran dan standar pelayanan kedokteran. Sedangkan masyarakat pada umumnya tidak menganggap profesionalisme seorang dokter diukur dari standar kompetensi kedokteran dan standar pelayanan kedokteran saja,  namun juga dilihat dari nilai-nilai soft skill yang harus dimiliki oleh seorang dokter, seperti dokter harusnya dapat bersikap ramah, perhatian terhadap pasien, bertanggung jawab, dan ikhlas dalam meberikan pelayanan kepada pasien serta tidak membeda-bedakan pelayanan yang diberikan berdasarkan status sosial, ekonomi, keluarga, ataupun daerah.
5.2 Saran
            Dari penelitian yang telah kami lakukan melalui pengisian kuesioner diperoleh data bahwa kenyataan yang terjadi dilapangan, tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan prosedur.Beberapa koresponden mengatakan sikap ramah dokter yang dinilai sesuai dan sangat penting tidak diberikan oleh beberapa dokter yang mereka kunjungi. Oleh karena itu seharusnya dokter dapat bersikap ramah, memenuhi standar kompetensi seorang dokter, mengerti tugas dan tanggung jawab sebagai seorang dokter, mengasah pengalaman, melakukan praktek ataupun pelayanan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan serta tulus ikhlas dalam membantu pengobatan pasien sehingga hasilnya pun memuaskan.
            Dokter juga seharusnya memiliki sifat komunikatif sehingga dapat memahami penbicaraan pasien, tidak terjadi salah paham antara kedua belah puhak.Sikap tidak mendeskriminasi kalangan pasien baik itu suku, bangsa, ras, maupun agama sanagt diperlukan oleh seorangg dokter.Tak lupa dokter juga seharusnya melayani pasien dengan baik dan penuh perhatian.

3 komentar:

  1. diisi lagi dong dok blognya. wkwkwkwkw

    BalasHapus
  2. Thanks infonya. Oiya ngomongin dokter, ada hal penting loh yang kadang kala kerap dikesampingkan oleh seorang dokter. Karena jadwalnya yang begitu padat, dokter sering banget mengabaikan yang namanya investasi. Padahal, ada loh investasi yang mudah dan menguntungkan bagi mereka yang berprofesi itu. Yuk cek di sini: Investasi tepat bagi dokter

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.