Zaman Keemasan Kedokteran Islam
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu
kedokteran yang sekarang berkembang pesat di dunia barat, berasal dari ilmu
kedokteran islam yang dulu pernah berkembang pesat di seatero dunia. Bahkan
ilmu kedokteran islam yang merupakan titik awal dari perkembangan ilmu kedokteran
modern masih digunakan dalam berbagai institusi pendidikan kedokteran selama
berabad-abad lamanya.
Ilmu
kedokteran islam adalah ilmu kedokteran yang memiliki karakter yang luar biasa,
karena asal-usul ilmu tersebut adalah Al-Qur’an yang merupakan kalam ilahi,
yang kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh kedokteran muslim pada zaman
keemasan kedokteran islam (the golden age
of islamic medicine).
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian ilmu
kedokteran menurut islam, pengertian kedokteran nabi, beserta sifat-sifat
kedokteran islam. Makalah ini juga akan menjelaskan tentang asal-usul dari ilmu
kedoteran islam tersebut, beserta cara perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kedokteran
Islam
Ilmu
kedokteran (‘ilm al-thibb) adalah
suatu keahlian yang mempelajari tentang tubuh manusia dari segi sakit dan
sehat, dan hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu yang memelihara kesehatan orang
yang sehat, dan menghilangkan atau menolak penyakit pada orang sakit. Dan
menurut Ibnu Sina, dalam kitabnya Al
Qanun fi al-Thibb (The Canon of Medicine) menyakatan bahwa ilmu kedokteran
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai keadaan tubuh, baik dalam keadaan
sehat maupun tidak. Artinya kesehatan bisa hilang, dan jika hilang, perlu
diperbaiki. Dengan kata lain, seni yang berkaitan dengan kesehatan, dan akan
diperbaiki setelah kesehatan tersebut hilang. (1,3)
Kedokteran
Islam biasannya identik dengan istilah kedokteran nabi (thibb al- nabawi). Secara sederhana kedokteran islam diartikan
sebagai kumpulan ucapan nabi yang disusun oleh para penulis muslim secara
sistematis. Namun, secara kompleks
kedokteran nabi diartikan sebagai teori dan praktik yang dilakukan nabi,
kemudian dilakukan penelitian dan pemikiran dalam kurun waktu yang lama dengan
menggabungkan antara ilmu yang berasal dari Al-Qur’an dengan teori-teori lain
yang berasal dari luar islam, khususnya dari Yunani. (2,3)
B.
Zaman
Keemasan Kedokteran Islam (The Golden Age
of Islamic Medicine)
Menurut Munzir Hitami, periode keemasan
islam dalam segala bidang terjadi ketika kekhalifahan dikuasai olrh Bani
Abasyiyah (sekitar Abad XVII- abad XV). Dan menurut Browne, zaman keemasan
islam berlangsung pada tahun 750-850 M, sedngkan menurut Omar Amin Hoesin,
zaman ini berlangsung pada tahun 287-494 H/900-1100 M. Dan tercatat bahwa pada
masa kejayaan islam wilayah-wilayah seperti Afrika Utara, benua Eropa, Maroko
dan Al-Jazair, Spanyol, Kardoba, bahkan sampai ke Prancis telah mampu dikuasai
oleh kaum muslimin. (2,4,6)
Periode keemasan yang dianggap paling
benar adalah peride yang diungkapkan oleh Omar Amin Hoesin, karena ia membuat
periode keemasan kedokteran menjadi empat zaman sebagai berikut.
1. Zaman
sebelum islam
2. Zaman
penerjemahan
3. Zaman
keemasan
4. Zaman
kekacauan. (2)
Pada zaman keemasan ini, orang-orang
kristen dan sabean yang dulunya menjadi guru bagi orang muslim dalam bidang
ilmu pengetahuan, kemudian berbalik menjadi murid bagi orang islam dalam ilmu
tersebut, khususnya tentang ilmu kedokteran. (2)
C.
Faktor-Faktor
Pendukung Kemajuan Kedokteran Islam
Kemajuan kedokteran islam tidak datang
begitu saja, tetapi melaui berbagai proses dan ditopang oleh beberpa faktor
pendukung sebagai berikut.
1. Penerjemahan
buku-buku kedokteran
Pada masa pemerintahan khalifah
Abasyiah, yaitu pada kepemimpinan Al-Mansur (754-775 M) digiatkan kegiatan
penerjemhan buku-buku kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab yang
berpusat di Jundi Shapur, Iran. Penerjemahan ini berlangsung pada tahun 131-228
H/750-900 M, dan para penerjemah pada masa tersebut berasal dari orang
Nestoria, kristen dan juga islam. Orang-orang non muslim pada masa tersebut
tidak pandai berbahasa Arab, tetapi mereka pandai berbahasa Syiria. Oleh karena
itu, penerjemahan dilakukan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Syiria, kemudian
diterjemahkan oleh orang muslim ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan dengan cara
ini memang membutuhkan waktu yang
relatif lama, tetapi hasil yang didapat dari proses ini sangat memuaskan, dan
bahkan dapat menghantarkan islam pada zaman keemasannya. (2,6)
2. Lahirnya
cendikiawan-cendikiawan muslim
Faktor kedua yang mempengaruhi kemajuan
islam di bidang kedokteran adalah lahirnya beberapa cendikiawan muslim yang
secara aktif menghasilkan karya-karya berupa tulisan tentang ilmu medis, dan
bahkan karya-karya mereka menyebar dan digunakan di dunia barat sampai abad
XVII . Diantara tokoh tersebut adalah
al-Razi, Ali Abbas, dan Ibnu Sina. (2,5)
3. Dukungan
khalifah
Selain
perhatian dan minat orang muslim yang besr terhadap ilmu pengetahuan, zaman
keemasan islam ini juga dipengaruhi oleh dukungan yang besar dari sang
khalifah. Pada abad IX khalifah Harun al-Rasyid membuka beberapa fakultas yang
khusus mengajarkan tentang ilmu kedokteran di berbagai perguruan tinggi di
Baghdad. Khalifah juaga membuka poliklinik harian dan poliklinik keliling.
(2,6)
4. Pembangunan
sekolah dan universitas
Faktor
lain yang menopang terwujudnya zaman keemasan islam adalah banyaknya dibangun beberapa
sekolah dan universitas yang khusus mengajarkan tentang ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan. (2,6)
5. Berdirinya
rumah sakit dengan polikliniknya dan poliklinik keliling.
Pada
zaman tersebut bayak berdiri rumah sakit, poliklinik harian, poliklinik keliling.
Dokter pada masa itu pun tidak hanya melayani masyarakat umum, tetapi juga
orang sakit yang berada di lembaga permasyarakatan. Pemeriksaan rutin pun
sangat ketat dilakuakan, terutama bagi pegawai yang mempunyai beban pekerjaan
yang berat. (2,5)
Pada
tahun 1160 M, telah berdiri lebih dari 60 rumah sakit di Baghdad, para dokter
dan ahli farmasi harus diuji dengan ketat terlebih dahulu sebelum mereka
memperoleh izin praktik. Pada masa yang sama, bangsa Eropa masih dalam
keterpurukam. Bahkan mengaanggap mandi dapat menyebabkan penyakit tertentu, dan
memakai sabun sebagai alat pembersih sangat lah berbahaya. Dan juga islam telah
memainkan peranan yang penting bagi pencerahan kehidupan, termasuk di bidang
peradaban dan ilmu pengetahuan. Marquis De Dufferin pada salah satu pidatinya
di London tahun 1890 mengatakan, “kepada
ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan kaum musliminlah bangsa-bangsa Eropa
berhutang budi sangat besar, untukbkebebasan mereka dari kekacauan abad
kegelapan. (2,5)
D.
Tokoh-Tokoh
Kedokteran Islam Beserta Karya Mereka
Banyak
tokoh dan dokter muslim yang mencul pada zaman keemasan islam, yakni antara
900-1100 M. Mereka memiliki kontribusi yang besar terhadap kedokteran islam. C.E.Storres
dalam bukunya yang berjudul Many Creeds mengatakan: “dunia berhutang amat banyak kepada kaum muslimin yang terus menyalakan
obor ilmu pengetahuan pada zaman kegelapan. Kitab-kitab Aristoteles, Euclides,
dan Ptolomeus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan lagi
ke dalam bahasa Latin, sehingga semua cabang ilmu pengetahuan tidak mati samapi
datang masa kebangunan yang menyemarakkan lagi untuk diterima ahli-ah;i ilmu
pengetahuan Eropa dalam bahasa mereka. Para tokoh cendekiawan yang sangat
berjasa pada zaman tersebut antara lain
sebagai berikut. (2,5)
1.
Al-Razi
Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria al-Râzî, dikenal dengan al-Râzî, yang di
Barat dikenal dengan nama Razes (yang hidup antara tahun 251-313/865-925
sedangkan menurut Poeradisastra, 866-909/311 H.), adalah sorang
pakar ilmu kedokteran yang terkenal dengan temuan dan karya tulisnya, dan
berasal dari Baghdad. Ia dikenal sebagai bapak kedokteran anak.
a.
Temuan
·
Menemukan air raksa yang banyak dipergunakan di bidang
kedokteran.
·
orang yang pertama kali melakukan pengobatan khas dengan
pemanasan saraf dan mendiagnosis
tekanan darah tinggi (hipertensi, hypertension).
·
Orang yang
pertama kali meniti tentang cacar air
·
Ia dianggap sebagai penemu seton (tampal luka).
·
Melakukan
pemeriksaan urin dan tinja.
b.
Karya-Karya
·
Al-Hâwî (yang menyeluruh) dianggap sebagai buku induk di bidang kedokteran yang
saat ini telah berhasil ditemukan 20 jilid.
·
Al-Asrâr (rahasia-rahasia),
pada abad ke-12 M. buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard de Cremona dan dijadikan petunjuk praktikum kedokteran hingga abad
ke-19.
·
Al-Manshûri, bukunya terdiri dari 10 jilid, dan di kota Milano telah disalin ke dalam bahasa
Latin pada akhir abad ke-15 M.
·
Al-Judari wa al-Hashbah (Cacar dan Campak) tergolong sebagai buku pertama,
yang membahas penyakit cacar dan campak serta penjelasan mengenai cara-cara
pencegahan dan pengobatannya.
·
Pembimbing Dokter merupakan salah satu bukunya yang berharga, dan
berisikan berbagai bimbingan bagi orang yang akan menjadi dokter ahli
pengobatan. (2,3,5)
2. Ishaq Yuda (241-344 H./855-955 M.)
Ia hidup sezaman dengan al-Razi dan merupakan dokter yang masyhur di Qairawan, Tunisia.
Banyak karya medisnya yang dalam beberapa abad telah dijadikan bacaan di
sekolah tinggi kedokteran Barat. Di
antaranya, On Fevers (Tentang Penyakit Malaria), On the Elements (Anasir-anasir),
On Simple Drugs and Aliments (Tentang Obat Sederhana dan
Penyakit-penyakit), serta On Urine (Tentang Kencing Batu). (2)
3.
Ibn al-Yazzar (w. 400 H./1009 M.)
Ibnu
al-Yazzar adalah seorang dokter
yang dalam bidang pengobatan penyakit dalam tidak ada tandingannya. Banyak karyanya dalam bidang ini. Menurut Hoesin, Constantine
the African telah melakukan plagiat terhadap karya Ibn al-Yazzar,
dan merupakan plagiat terbesar dalam perkembangan ilmu.
(2,3)
4.
Haly Abbas atau `Ali Abbas
Dalam bahasa Latin disebut Haly Abbas (w. 333 H./944 M.),
namanya lebih terkenal di Eropa daripada di dunia Islam sendiri. Ia mengarang ensiklopedi berjudul al-Kitâb
al-Mâlikî, yang dalam bahasa Inggrisnya ditulis dengan The Whole Medical
Art dan dalam bahasa Latin sebagai Liber Regius. Ensiklopedi ini
berisi petunjuk-petunjuk tentang teori dan praktek pengobatan, serta gizi dan
rempah-rempah. Ia juga memaparkan tentang pembuluh
darah, kehamilan, dan persalinan. (2)
5.
Ibn
Sina (370-428 H./980-1037
M)
Al-Syaikh al-Ra’îs Abû `Alî al-Husain ibn `Alî Ibn
Sînâ, dikenal di Barat dengan nama Avicenna, ia
merupakn seorang filosof dan dokter terbaik yang pernah dimiki islam. Banyak penulis Barat memberinya gelar Father of
Doctors (Bapak Dokter), Raja Obat dan lainnya.
Al-Qânûn fî al-Tibb merupakan salah satu buku karangannya yang terkenal dan dianggap sebagai
ensiklopedi ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap pada zamannya. Buku
ini juga dikenal sebagai pioner dalam ilmu psikiatri. (2,3,5)
6.
Hasday bin Shaprut (w. 380 H./990 M.)
Ia seorang dokter terkemuka di Spanyol. Ia pernah bekerja
sebagai menteri, dokter istana, dan pelindung ilmu. Di kala usianya masih
sangat muda ia telah mempersiapkan sebuah buku yang disalinnya ke dalam bahasa
Arab dengan judul Materia Medica dengan bantuan Monnik Nicholas.
7.
Ibn Qâsim al-Zahrawî al-Qurtû.bî (Abulcasis)
Di Barat disebut Abulcasis, (936-1013 M.), ia
adalah spesialis bedah yang terkenal. Banyak prestasinya di bidang medis, baik
berupa rintisan maupun karya tulis. Ia juga di kenal
dengan sebutan “father of surgeon” atau bapak bedah.
a. Rintisan
·
Perintis ilm penyakit telinga, khusus mengenai pengenalan penyakit (diagnostic)
dan cara penyembuhan (therapeutic), di samping itu ia juga melakukan
pembedahan telinga untuk mengembalikan fungsis pendengaran.
·
Ia juga sebagai pelopor ilmu penyakit kulit (dermatology).
b. Karya tulis
At-Tashrîf, merupakan bukunya yang terkenal, beberapa bagian dari
buku ini disalin oleh Gerald of Cremona pada abad ke-12 M ke dalam bahasa
latin, serta dicetak ulang di Genoa (1497), Basle (1541) dan Oxford
(1778). Hingga abad ke-18 M, di berbagai perguruan tinggi kedokteran
Eropa, terutama di universitas-universitas Salermo dan Muenchen , buku ini
dijadikan referensi terutama tentang ilmu bedah. Di dalam buku itu juga dijelaskan jenis-jenis dan
penggunaan alat-alat bedah serta
penatalaksanaan sterilisasi luka
pasca bedah. (2,3,5)
8.
Al-Birûnî (363-440 H./974-1048 M.)
Dia
adalah seorang dokter dengan
lengkap
Abû Raihân al-Bîrûnî, dan ahli dalam bidang
lain, seperti ilmu falak,
matematika, obat-obatan, ilmu bumi dan sejarah. Dia juga mengarang ilmu ilmu Pharmacology yang dalam bahasa Arab dikenal dengan Saydala. Dia juga
menerangkan tentang asal usul obat-obatan, ramuan dari
India dan Tiongkok. (2)
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu kedokteran islam merupakan ilmu
yang berasal dari Al-Qur’an dan dipraktikkan oleh Rasulullah. Ilmu kedokteran
ini kemudian diteliti dan dikembangkan dengan teori-teori kedokteran lain dari
luar islam, sehingga ilmu kedokteran islam ini identik dengan istilah
kedokteran nabi (thibb an-Nabawy).
Islam pernah berjaya dengan kemajuan
ilmu kedokterannya yang luar biasa, dan itu sempat bertahan beberapa abad
lamanya, yaitu dari tahun 900-1100 M. Selama zaman keeemasan kedokteran islam
ini, para tokoh dokter muslim banyak memberikan kontribusai yang besar tehadap
perkembangan ilmu kedokteran, bahkan karya-karya dan temuan mereka masih
digunakan di dalam ilmu kedokteran dalam kurun waktu beberapa abad, yaitu
sampai abad XVII.
Kejayaan dalam bidang kedokteran yang
dulu pernah dialami umat islam, sekarang hanya tinggal kenangan. Demi mengangkat derajat kesehatan masyarakat,
sekaligus mengangkat derajat islam, sebagai calon dokter muslim yang akan
melanjutkan estafet perjuangan, harus tertanam jiwa yang penuh semangat dan
minat yang luar biasa terhadap ilmu pengaetahuan, khusunya ilmu kedokteran,
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh beberapa tokoh dokter muslim yang
pernah dimiliki islam, yang dengan semangat belajarnya mampu memberikan
kontribusi yang luar biasa dalam peradaban ilmu kedokteran di dunia.
REFERENCES
(1) Saharawati Mahmouddin. Kedokteran Nabi,
Al-Thibb Al-Nabawi (Medicine
Of The Prophet) (Materi Kuliah). Jakarta:_______;2012.
(2) Saharawati Mahmouddin. Zaman Keemasan
Kedokteran Islam (The Golden Age Of Islamic Medicine) (Materi Kuliah).
Jakarta:_______;2012.
(3) Sunaridi.
Revolusi Ilmuan Muslim bagi Dunia Kedokteran. Surakarta: Hilal Ahmar Press;
2011.
(4) Abuddin
Nata, Suwito, Masykuri Abdillah, Armai Arief. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum.
Jakarta: UIN Jakarta Press; 2003.
(5) Abuddin
Nata. Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta: FKIK UIN
Jakarta; 2004.
(6)
Achmad Ghalib.
Study Islam: Belajar Memahami Agama, Al-Qur’an, Hadist & Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Faza Media; 2005.
Tidak ada komentar: